"Korban pungli memang nelayan dari Tegal dan sekitarnya yang marak terjadi di perairan Sumatra," kata Komandan Lanal Tegal Letkol Laut (P) Bram Rusman Namin di Tegal, Jumat.
Menurut dia, informasi banyaknya nelayan Kota Tegal yang menjadi korban pungli akan ditindaklanjuti meskipun itu terjadi bukan di wilayahnya.
Oleh karena itu, kata dia, laporan itu telah dikoordinasikan pula dengan Mabes TNI AL untuk penanganannya.
"Kejadiannya memang di luar wilayah tugas kita, meski begitu kami telah melaporkan hal itu ke pusat," katanya.
Ia mengatakan, untuk kondisi perairan di sekitar Batang hingga Brebes saat ini masih kondusif dan bebas dari praktik pungli.
Pihaknya akan mengintensifkan patroli di perairan wilayahnya sebagai bentuk pengamanan serta antisipasi terhadap kejadian serupa.
"Sekarang ini perhatian kita kami tekankan pada masalah pungli dan itu akan rutin kami lakukan," katanya.
Besaran pungli yang kerap dialami nelayan khususnya mereka asal Tegal berkisar antara Rp1 juta hingga Rp3 juta.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Mahmud Effendi mengatakan, banyak nelayan yang resah akibat maraknya pungli di tengah laut.
"Hingga sekarang ini saya belum menerima laporan resmi dari nelayan yang menjadi korban pungli," katanya.
Menurut dia, para nelayan sering membicarakan adanya praktik pungli sejak beberapa bulan terakhir ini.
Kendati demikian, kata dia, pembicaraan terkait pungli hanya menjadi bahan pembicaraan saja, namun sampai sekarang belum ada laporan resmi dari nelayan.
"Mereka tidak berani melaporkan hal ini, kemungkinan karena takut akan ancaman dan gangguan saat melakukan operasi di perairan," katanya.
Ia mengatakan, belum mengetahui siapa pelaku pungli, apakah aparat atau kalangan sipil.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009