Cimahi (ANTARA News) - Ratusan orang tua murid SDN Mandiri Utama I Kota Cimahi dan Forum Masyarakat Utama Kota Cimahi, berkumpul di sekolah tersebut untuk menanyakan pungutan uang "Sumbangan Peduli Pendidikan" atau Dana Sumbangan Pendidikan (DSP) sebesar Rp 400.000.
"Kami selaku perwakilan dari masyarakat dan orang tua siswa hanya mengadukan atau mengajukan protes atas pungutan Rp400 ribu yang dilakukan oleh komite sekolah," ujar Sekretaris Forum Masyarakat Utama, Deni Hamka Mijaya yang ditemui di SDN Utama Mandiri I, Jalan Leuwigajah Kota Cimahi, Kamis.
Menurut Deni, ratusan orang tua siswa dan pihaknya mendatangi pihak sekolah untuk meminta penjelasan tentang penetapan Sumbangan Peduli Pendidikan.
Sebelum melakukan pertemuan dengan komite sekolah, sekitar pukul 11.00 WIB, para orangtua pun sempat melakukan demo di depan sekolah.
Namun, komite sekolah menyepakati untuk melakukan dialog atau pertemuan dengan para orang tua murid pada jam 2 siang.
Selain mengajukan protes, para orang tua pun meminta agar dana sumbangan pendidikan (DSP) yang dibebankan kepada orang tua siswa dihapuskan.
Untuk orang tua siswa yang baru mendaftarkan siswanya pada tahun ini memang tidak dibebankan DSP, tapi DSP tersebut dibebankan pada oran tua siswa pada tahun-tahun sebelumnya.
"Untuk DSP tahun kemarin saja, beban yang harus ditanggung orang tua siswa adalah sebanyak Rp1,2 juta," kata Deni.
Dana sebesar RpRp400 ribu, digunakan untuk membeli seragam siswa baru sebesar Rp150 ribu dan Rp250 ribu untuk pengadaan 40 unit kursi dan meja kelas, dua lemari kelas dan satu unit komputer.
Salah satu orang tua murid SDN Mandiri I, Mudjiono (42) salah seorang orang tua siswa mengatakan, dirinya memang tidak setuju dengan adanya pungutan yang dilakukan oleh komite sekolah.
"Kalau untuk uang seragam, ia masih memakluminya. Tapi kalau untuk yang lain, ia merasa heran karena saat ini sudah digulirkan program sekolah gratis," kata Mudjiono.
Mudjiono mengatakan, mengatakan dengan tegas bahwa hal itu seharusnya tidak boleh terjadi. "Mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang lagi," katanya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009