"Bom Bali I saja terungkap setelah 41 hari, bom Marriott tahun 2003 terungkap setelah tiga hari. Saya pikir bom yang kemarin itu (17/7) terungkap tidak lebih dari dua bulan," katanya di Jakarta, Jumat.
Namun ia mengakui, Polri mengalami kendala untuk mengungkap kasus itu sebab Polri tidak memiliki data kedua pelaku bom bunuh diri.
Bahkan, jaringan kepolisian di ASEAN juga tidak mengenal kedua pelaku bom bunuh diri itu.
Kondisi itu berbeda saat bom Marriott 2003 di mana Polri telah memiliki data pelaku bom bunuh diri yakni Asmar Latin.
"Dengan data itu, polisi lalu datangi pihak keluarga untuk tes DNA sehingga dalam tiga hari setelah kejadian, kasus ledakan bom Marriot 2003 dapat terungkap cepat," katanya.
Polri juga mengharapkan agar masyarakat bisa membantu Polri untuk mengidentifikasi dua pelaku bom bunuh diri.
"Sketsa wajah pelaku sudah disebarkan ke mana-mana tapi belum ada informasi dari masyarakat yang mengenal kedua orang itu," katanya.
Pada 22 Juli 2009, Polri merilis dua sketsa wajah pelaku bom bunuh diri kedua hotel itu.
Sketsa wajah itu dibuat berdasarkan temuan dua potong kepala yang ditemukan di dua lokasi ledakan.
Ciri fisik potongan kepala di Hotel JW Marriott antara lain berjenis kelamin laki-laki, umur 16-17 tahun, kulit putih, rambut hitam lurus pendek, tinggi badan diperkirakan 180-190 cm, dan ukuran sepatu sekitar 42-43.
Ukuran sepatu dapat diketahui karena polisi menemukan sepatu yang diduga dipakai pelaku bom bunuh diri di Marriott.
Potongan kepala yang ditemukan di Hotel JW Marriott dipastikan pernah berada di kamar 1808, Hotel JW Marriott berdasarkan uji DNA dengan sisir dan sikat gigi yang berada di dalam kamar itu.
Sedangkan sketsa potongan kepala yang ditemukan di Hotel Ritz-Carlton antara lain berciri-ciri jenis kelamin laki-laki, umur 40 tahun, kulit sawo matang, rambut hitam lurus pendek, dan tinggi badan sekitar 165 cm.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009