Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menilai penguatan nilai tukar rupiah beberapa waktu ini, yang mencapai Rp9.975 per dolar AS masih berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

"Penguatan rupiah sampai saat ini masih berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono di Jakarta, Jumat.

Menurut Hartadi, penguatan rupiah beberapa waktu ini masih dalam batas-batas wajar akibat minat investor yang besar terhadap terhadap surat berharga dalam negeri khususnya di pasar saham.

"Hal ini ditunjang dengan laporan keuangan emiten yang lebih baik dari yang diperkirakan," kata Hartadi.

Sentimen positif ini, lanjutnya, juga dipengaruhi analisa pasar yang bullish terhadap prospek ekonomi Indonesia yang baik, katanya.

Hartadi juga mengatakan nilai tukar rupiah akan terus menguat ditunjang perbaikan ekonomi di China dan regional Asia.

Nilai tukar rupiah terus menguat pada dua pekan terakhir ini setelah sebelumnya stabil pada posisi Rp10.500 per dolar AS. Terus melemahnya nilai tukar dolar terhadap mata uang asing lainnya akibat defisit anggaran Amerika Serikat yang terus membengkak turut mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah.

Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, serta perkiraan inflasi yang rendah dan penurunan suku bunga BI (BI rate) turut mendorong investor memborong saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investor asing pada Kamis (30/7) mencatat pembelian bersih saham di BEI sebesar Rp1,13 triliun atau separuh dari total pembelian saham di BEI sejak Senin (27/7) sebesar Rp2,3 triliun.

Indeks harga saham BEI pada Kamis melonjak hingga 72,32 persen atau 3,25 persen ke level 2.298,13, merupakan posisi tertinggi sejak Juli 2008. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009