Beijing (ANTARA News/AFP) - Persidangan para tersangka aksi kerusuhan maut di ibukota wilayah Xinjiang, China, akan digelar pertengahan Agustus mendatang, kata pers negara Jumat.
"Hanya sejumlah kecil dari yang ditahan dituduh dan akan dihadapkan ke persidangan atas kasus kerusuhan itu," lapor koran berbahasa Inggris China Daily mengutip sumber-sumber pengadilan dan kepolisian yang tak disebut namanya di ibukota Xinjiang, Urumqi.
Namun polisi tidak mengatakan berapa banyak mereka yang dikenai dakwaan atau berapa banyak mereka yang ditahan sejauh ini telah dibebaskan, kata surat kabar itu menambahkan.
Polisi membenarkan bahwa penahanan itu meliputi lebih dari 1,600 orang yang dicurigai ikut memainkan peranan penting dalam aksi kekerasan, yang meletus pada 5 Juli, kata China Daily.
Dalam kerusuhan itu 197 orang tewas dan lebih dari 1.700 lainnya cedera, menurut para pejabat.
Persidangan akan diadakan di satu pengadilan di Urumqi, yang telah disiapkan untuk melakukan dengar-pendapat, kata laporan itu.
Aktivis Uighur di pengasingan, Rebiya Kadeer, Rabu mengatakan, bahwa hampir 10.000 orangnya `hilang` setelah bentrokan keras itu, diduga tewas atau ditahan.
Wanita juru bicara pemerintah Xinjiang, Hou Hanmin, mengabaikan klaim itu, dan mengatakan bahwa pernyataan tersebut `tidak ada harganya untuk ditanggapi.`
Laporan China Daily tidak secara khusus menyebutkan jenis dakwaan terhadap para tahanan, yang akan dihadapkan ke pengadilan itu.
Tiga hari setelah aksi kerusuhan, ketua Partai Komunis Urumqi, Li Zhi berikrar: "Pelaku pembunuhan keji dalam insiden itu kami akan hukum mati."
Pada Kamis, kepolisian Urumqi menyirkan foto-foto dari 15 tersangka dan menjanjikan ampunan kepada mereka yang menyerahkan diri. Warga Uighur mengatakan, aksi kerusuhan itu terjadi ketika pasukan keamanan Urumqi merespon dengan keras aksi protes yang dilakukan secara damai, di satu pabrik di China selatan.
Media milik negara mengatakan, bentrokan yang terjadi di pabrik itu menewaskan dua warga Uighur. Pemerintah mengatakan, warga suku Uighur, yang sebagian besar adalah Muslim, mengamuk di Urumqi terhadap kelompok etnis Han yang dominan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009