Jakarta (ANTARA News) - Penambahan jumlah penderita influenza A atau yang sebelumnya disebut flu babi di Indonesia membuat pihak Istana Kepresidenan merasa perlu meningkatkan kewaspadaan.
Kalangan Istana seakan tak mau kalah bersaing dengan bandara internasional dan pelabuhan yang telah terlebih dahulu bersiaga terhadap ancaman meluasnya penyakit akibat virus flu H1N1 itu.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, sejak Rabu (28/7) sebuah alat khusus untuk memantau suhu tubuh ditempatkan di pintu masuk ke kompleks Istana Kepresidenan, berdampingan dengan detektor logam yang digunakan untuk memeriksa barang bawaan para tamu.
Setiap tamu, tidak terkecuali rombongan menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang akan mengikuti rapat koordinasi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Kamis terkait kesiapan mengantisipasi ancaman El Nino, harus berbaris antri untuk diperiksa suhu tubuhnya.
Pemeriksaan itu terutama dilakukan untuk mencegah agar flu A tidak menerobos tembok Istana Kepresidenan.
"Di samping karena permohonan dari Istana juga karena kita perlu melindungi (kepala) negara," kata Dr Sahat MD, ketua tim kesehatan.
Menurut dia, alat serupa juga ditempatkan di kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas Indah, Bogor.
Ia mengatakan, pemeriksaan suhu tubuh dilakukan kepada seluruh tamu tanpa terkecuali, sehingga selalu ada dua tim kesehatan setiap harinya di kompleks Istana Kepresidenan.
Tim kesehatan itu setiap harinya terdiri atas tiga orang perawat, satu dokter, dan satu ambulans. Mereka bertugas hingga enam bulan mendatang.
Mengingat tidak semua tamu akrab dengan alat pemeriksa suhu tubuh yang digunakan oleh tim kesehatan, banyak yang salah menjulurkan lidah ataupun membelalakan mata saat tim kesehatan mendekatkan alat tersebut ke wajah mereka.
"Biasanya kalau diukur suhu tubuhnya menggunakan termometer di mulut," kata seorang pegawai di kompleks Istana Kepresidenan sambil tertawa saat menyadari kesalahannya yang bukan tidak mungkin tertangkap kamera wartawan televisi yang mengabadikan pemeriksaan di hari kedua itu.
Menurut Sahat, tim kesehatan menggunakan "Infrared Forehead Thermometer" atau termometer dahi inframerah untuk melakukan pemeriksaan sehingga wajar jika banyak orang yang salah mengira.
"Kalau suhunya tidak normal, kita pisahkan dan dilakukan pengukuran ulang. Apabila suhunya tetap maka akan kita rujuk ke RSPI Sulianti Suroso untuk melakukan tes lebih lanjut," katanya.
Suhu tubuh normal manusia berada di kisaran 36,5 derajad celcius hingga 37,5 derajad celcius.
"Sampai saat ini belum ada suspect," katanya.
Sekalipun di gerbang kompleks Istana telah ditempatkan alat pengukur suhu tubuh sebagai tindakan pencegahan virus flu, Presiden Yudhoyono seusai rapat koordinasi dengan para gubernur, pangdam dan kapolda se Indonesia di Istana Negara ternyata justru mengaku dirinya telah terserang virus flu.
"Tidak jabat tangan dulu ya. Saya flu, khawatir kalau jabat tangan, ini (flu) bisa malah terdistribusi," ujarnya.
Terus bertambah
Penderita influenza A di Indonesia beberapa waktu terakhir terus meningkata.
Data dari Departemen Kesehatan pada Rabu (29/7) menunjukkan, jumlah penderita influenza A di Indonesia telah mencapai 444 orang dengan satu pasien meninggal. Beberapa di antaranya menunjukkan riwayat pernah bepergian ke luar negeri.
Influenza A di Indonesia juga telah menyebar ke 15 provinsi yaitu Banten, Yogyakarta, Jakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Jambi.
Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, penyakit itu menyebar dengan cepat karena menular melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin, atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita.
Tjandra menjelaskan, meski dapat menyebabkan kematian namun secara global angka kematian akibat flu A termasuk rendah, yakni 0,4 persen.
Masyarakat, kata Tjandra, dapat mencegah penularan penyakit itu dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, serta menutup mulut ketika batuk dan bersin.
"Jika ada gejala influenza minum obat penurun panas, gunakan masker, jangan bepergian, beristirahat di rumah selama lima hari. Apabila dalam dua hari flu tidak juga membaik segera ke dokter," katanya.
Pemerintah, kata dia, sudah berupaya mengendalikan penularan penyakit itu dengan melakukan pemantauan kasus flu melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), menyiapkan rumah sakit rujukan, menyiapkan obat anti virus, mengintensifkan pelacakan kontak, memperkuat pemantauan ILI, dan melakukan pemantauan penyakit berbasis masyarakat.
Di tingkat dunia, data terakhir WHO menunjukkan jumlah kumulatif kasus influenza A (H1N1) di seluruh dunia sebanyak 94.512 dan 429 di antaranya berakibat kematian. WHO pada 11 Juni lalu secara resmi telah menetapkan kasus itu sebagai suatu pandemi global.
Tetapi, kendati tingkat keparahan dampak pandemi saat ini dianggap masih sedang dan kasusnya kebanyakan tidak rumit, namun pada beberapa kelompok termasuk perempuan hamil, penderita asma dan penderita penyakit kronis lain influenza A (H1N1) dapat meningkatkan risiko keparahan dan kematian akibat infeksi. (*)
Oleh Gusti Nur Cahya Aryani - Panca
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009