"Kita tidak bisa menjamin listrik tetap nyala karena Banda Aceh dan Aceh Besar membutuhkan 36 megawatt (MW), sementara daya yang ada hanya 30 MW," kata General Manager PLN Aceh, Zulkifli, di Banda Aceh, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan dalam pertemuan PLN dengan Anggota DPRA Provinsi Aceh di Gedung DPR Aceh terkait krisis energi listrik yang melanda daerah ujung paling barat di Indonesia itu.
Dia mengatakan, menyanggupi mengisi kekurangan 6 MW itu dengan melakukan perbaikan satu unit mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Lueng Bata yang mampu menghasilkan daya sebesar 6,5 MW.
"Jumlah itu, insya Allah kami sanggup mengisi daya sesuai kebutuhan bila PLTD tersebut berfungsi maksimal. Saya yakin energi listrik dapat memenuhi kebutuhan Banda Aceh dan Aceh Besar," jelasnya.
Ia mengatakan, PLN tetap mengupayakan semaksimal mungkin, PLTD yang telah diperbaiki itu bisa bekerja maksimal untuk memenuhi kebutuhan listrik di dua kabupaten/kota tersebut.
"Mudah-mudahan kalau PLTD Lueng Bata berfungsi dan tidak ada kerusakan mesin atau hambatan lainnya, jaringan listrik di Banda Aceh dan sekitarnya akan normal," harapnya.
Secara keseluruhan Aceh membutuhkan sebanyak 260 MW, yang dipasok dari PLTD Lueng Bata, pembangkit listrik Sigli, Cotrung, PLTD isolated dan interkoneksi dari Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), kata dia.
"Seperempat dari kebutuhan listrik di Aceh yang mencapai 260 MW dipasok dari Sumbagut," ungkapnya.
Ia menambahkan, Aceh sebenarnya membutuhkan pembangkit listrik sendiri, sehingga kebutuhan listriknya dapat dipenuhi seluruhnya tanpa harus tergantung pada provinsi tetanggga seperti yang terjadi selama ini.
"Pembangkit listrik di Nagan Raya baru beropereasi pada 2012. Jadi untuk mengisi kekosongan itu Pemerintah Aceh harus membuat pembangkit listrik milik daerah," ujarnya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009