Bengkulu (ANTARA News) - Irigasi Manjunto Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu yang mengairi puluhan ribu hektare sawah terancam jebol akibat aktivitas galian C yaitu pengerukan batu koral dan pasir di atas bendungan.
"Kalau terus menerus dikeruk maka tendangan air tidak akan stabil, ini berpotensi membuat bendungan irigasi Manjunto jebol," kata Direktur Yayasan Genesis Bengkulu, Barlian, Kamis.
Ia mengatakan, pengerukan pasir dan batu koral di sungai tersebut sudah berlangsung selama empat tahun. Dua tahun pertama secara manual dan dua tahun terakhir dengan menggunakan alat berat.
Setiap hari tidak kurang 30 truk material sungai tersebut diangkut oleh pemilik izin galian.
"Sekarang dampaknya sudah terlihat dimana puluhan hektare sawah petani di Desa Resno dan Desa Lalang Luas sudah amblas akibat abrasi," katanya.
Abrasi tersebut semakin meluas dan mengancam tergerusnya 30 Ha areal persawahan milik petani di Desa Resno dan 55 Ha areal sawah milik petani di Desa Lalang Luas serta 50 Ha areal perkebunan yang ditanami karet dan kelapa sawit milik warga dua desa tersebut.
Jika bendungan Manjunto jebol, tidak hanya mengancam kekeringan terhadap puluhan ribu hektare areal irigasi Manjunto Kiri dan Manjunto Kanan tetapi juga mengancam terjadinya banjir saat curah hujan tinggi.
Menurut dia, pihaknya akan menyurati Bupati Mukomuko untuk meninjau kembali keberadaan galian C tersebut, karena risiko yang ditimbulkan terlalu besar.
Petani Desa Lalang Luas, Mahmud mengatakan, mereka cemas dengan aktivitas penggalian tersebut, karena mengancam areal persawahan yang akan memasuki masa panen.
"Sebagian sawah sudah tergerus, karena galian C di atas bendungan air Manjunto, karena batu dan pasir penahan air sudah dikeruk, bahkan mulai menghanyutkan sawah kami," katanya.
Akibatnya kata dia, warga dua desa resah dan telah menyampaikan persoalan ini ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu.
"Sebelumnya kami juga sudah meminta Pemkab Mukomuko untuk menutup galian ini, tapi sampai saat ini tidak ditanggapi, makanya kami menyurati Walhi untuk membantu kami mencari jalan keluar," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009