Baquba, Irak (ANTARA News/AFP) - Serangan-serangan bom di Irak, termasuk pemboman terhadap sebuah kantor partai politik, menewaskan 11 orang, Kamis, sementara seorang perwira senior AS memperingatkan kekerasan yang bermotif politik dalam beberapa bulan mendatang.

Sekitar 40 orang juga cedera dalam dua serangan bom -- satu di kantor partai Sunni di Baquba, sebelah utara Baghdad, dan satu lagi serangan bunuh diri di dekat sebuah kantor polisi di Al-Qaim dekat perbatasan Irak-Suriah, kata polisi dan petugas medis.

Di Baquba, Kolonel Polisi Hamid al-Shammari mengatakan kepada AFP, sebuah bom yang dipasang di kantor Kitab Sultan, ketua partai Reformasi dan Pembangunan di provinsi Diyala, meledak sesaat sebelum pertemuan para pejabat partai daerah.

Termasuk diantara korban yang tewas adalah seorang wanita, katanya.

Partai Reformasi dan Pembangunan mengambil bagian dalam pemilihan umum tingkat provinsi pada Januari lalu namun gagal memperoleh kursi di dewan Diyala.

Kolonel Tobin Green, komandan Divisi Kavaleri I Brigade I Angkatan Darat AS, mengatakan sebelumnya pada Rabu, pasukan keamanan harus mewaspadai kekerasan yang ditujukan pada partai-partai dan politikus menjelang pemilihan umum Irak pada Januari mendatang.

Dalam serangan lain di Al-Qaim, sekitar 450 kilometer sebelah barat Baghdad, tiga orang tewas dan sedikitnya 30 lain cedera dalam pemboman bunuh diri yang ditujukan pada para polisi.

"Kami menerima tiga korban tewas: dua anak dan satu pria setengah baya," kata Dr Ghazi Faleh dari Rumah Sakit Al-Qaim, dengan menambahkan bahwa 30 orang cedera dalam serangan itu.

Jumlah kematian yang diberikan dokter itu lebih rendah daripada angka korban tewas tujuh orang yang diumumkan sebelumnya oleh kementerian dalam negeri di Baghdad.

Lima rumah juga roboh setelah serangan bom mobil itu, yang terjadi di dekat sebuah kantor polisi di kota tersebut.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009