"Kita sudah punya fundamental ekonomi yang kuat sehingga kalau ditanyakan pemulihan ekonomi setelah terjadinya teror bom kita tidak ada masalah dengan hal itu," kata dia ketika usai membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XVII di Kota Bukittinggi Sumatera Barat (Sumbar) Kamis malam 30 Juli 2009.
Dia mengatakan pasca teror bom perekonomian berjalan dengan normal seperti biasanya dan tidak terganggu sedikitpun.
Dan kalaupun tentang adanya teror bom dia menyatakan kalau teror bisa terjadi dimana saja, dan tidak harus di Indonesia saja.
"Di negara lainpun teror bom bisa terjadi seperti yang terjadi di India beberapa waktu lalu. Jadi jangan dikaitkan dengan adanya teror bom kalau perekonomian Indonesia akan jadi hancur atau berantakan karenanya," ujarnya.
Dia mengatakan yang terganggu hanya jadwal acara seperti kongres atau seminar yang harus ditunda pelaksanaannya.
Malah kiris global yang menghancurkan hampir semua perekonomian negara di dunia, Indonesia tidak mengalaminya.
Perekonomian Indonesia justru tumbuh positif dan nomor tiga tertinggi di Asia setelah China dan India.
"Ini menandakan kalau kita tidak terlalu terpengaruh dengan adanya krisis global yang membuat semua negara pertumbuhannya menjadi lambat," terangnya.
Kuatnya fundamental ekonomi Indonesia ini tidak datang begitu saja melainkan melalui suatu proses panjang reformasi ekonomi yang komprehensif dari seluruh otoritas perekonomian sebagai respon dari krisis moneter lebih dari 10 tahun lalu.
Dimulai dari pembenahan struktur ekonomi termasuk penerapan ekonomi daerah yang telah menumbuhkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru didaerah sampai pembenahan aspek-aspek nonfinansial, termasuk penerapan governance dan kelangsungan demokratisasi di seluruh aspek kehidupan bangsa.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009