Semarang (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sugiri Syarief mengatakan, jumlah akseptor (pengguna alat kontrasepsi) di Indonesia saat ini baru mencapai 4,2 juta orang.
"Jumlah tersebut sebenarnya masih kurang, karena kami menargetkan sampai akhir tahun 2009 jumlah akseptor di Indonesia sebanyak 6,6 juta orang," katanya di Semarang, Kamis.
Menurut dia, sampai saat ini masih banyak orang yang merupakan pasangan usia subur (PUS) enggan menggunakan alat kontrasepsi dan menyukseskan program KB.
Salah satu sebabnya, kata dia, jumlah tenaga penyuluh lapangan KB (PLKB) yang masih belum memadai, sehingga banyak penduduk yang tinggal di beberapa wilayah belum berminat mengikuti program KB karena kurangnya sosialisasi.
"Program KB di beberapa wilayah seperti Lampung, Sumatera, dan Maluku sudah cukup berhasil dan mampu menekan laju pertumbuhan penduduk, sementara di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih perlu dioptimalkan," katanya.
Ia mengatakan, PLKB merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan program KB secara berkelanjutan, sebab sosialisasi untuk mengkampanyekan program KB sangat efektif dilakukan oleh PLKB.
"Namun, kami memiliki strategi untuk menyosialisasikan program KB tersebut kepada masyarakat dengan menggandeng pihak lain, antara lain menggerakkan aktivis lembaga sosial masyarakat (LSM)," katanya.
Kemudian, kata dia, pihaknya juga menggandeng kalangan perguruan tinggi (PT) untuk aktif menyosialisasikan program KB, lewat penyelenggaraan kuliah kerja nyata (KKN).
Selain itu, BKKBN secara internal tetap mengupayakan pengangkatan pegawai kontrak di tingkat kabupaten/kota dan pengangkatan PLKB, namun jumlahnya sangat terbatas, kata dia tanpa menyebut kuota pengangkatan pegawai.
Ia mengharapkan, dengan semakin gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak, terutama PLKB, keberhasilan program KB dalam mengendalikan jumlah penduduk dapat berjalan sukses.
"Kami mengharapkan semakin banyak para PUS yang menyadari pentingnya program KB dan bersedia menggunakan alat kontrasepsi non hormonal, seperti IUD, vasektomi, dan tubektomi karena lebih efisien," katanya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Jateng, Sri Murtiningsih mengatakan, jumlah PUS di Jateng saat ini tercatat mencapai 6.537.858 orang, sementara peserta KB aktif hanya berjumlah 78,9 persen.
Menurut dia, saat ini akseptor KB yang paling banyak adalah dari kalangan istri, sementara pihak suami masih banyak yang enggan menjadi akseptor.
"Karena itu, kami menghimbau agar para suami juga bersedia menjadi akseptor KB dan tidak hanya mengandalkan istri, sebab kesuksesan program KB akan lebih besar apabila kedua pihak menjadi akseptor," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009