Surabaya (ANTARA News) - Hasyim Muzadi menyatakan sudah tidak mau lagi menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk periode yang akan datang.
"Pak Hasyim tidak mau mencalonkan diri dan dicalonkan lagi sebagai Ketua Umum PBNU," kata Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah, di Surabaya, Kamis.
Ia menyebutkan, tiga alasan Hasyim menolak pencalonannya dalam Muktamar NU di Makassar, Januari 2010, yakni faktor usia, sudah dua periode menjabat ketua umum, dan atas permintaan keluarga.
"Untuk sementara ini, pihak keluarga tidak setuju, jika beliau maju sebagai calon ketua umum lagi," kata Mutawakkil saat ditemui di kantor PWNU Jatim di kompleks Masjid Agung Surabaya (MAS) itu.
Menurut dia, keputusan tersebut murni atas inisiatif pribadi Hasyim, bukan karena adanya tekanan dari pihak mana pun.
Sebelumnya, Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Saifullah Yusuf, meminta, Hasyim Muzadi mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PBNU menyusul pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Jusuf Kalla-Wiranto, kalah dalam Pemilu Presiden 2009.
Saifullah menilai, Hasyim telah dengan sengaja memanfaatkan NU untuk kegiatan politik, apalagi pada Pemilu Presiden 2004, dia mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi calon presiden, Megawati Soekarnoputri, yang juga berakhir dengan kegagalan.
Sementara itu, Mutawakkil menambahkan, sampai saat ini sudah ada empat nama dari Jatim yang bakal meramaikan bursa pencalonan Ketua Umum PBNU dalam Muktamar NU tahun depan.
"Untuk empat nama itu tidak saya sebutkan di sini. Yang jelas, saya tidak ada nama saya," kata pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Pajarakan, Probolinggo itu.
Demikian juga, dia juga tidak mau menyebutkan figur tertentu yang bisa memimpin NU. Namun, dia sempat menyebut, seorang pemimpin NU harus memiliki keikhlasan.
"Mana bisa seseorang menjadi panutan umat, jika tidak memiliki keikhlasan? Kalau seseorang memiliki keikhlasan, saya jamin orang itu tidak mungkin mau mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU," katanya.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009