Jakarta (ANTARA News) - Pihak keluarga almarhum David Hartanto Widjaja, mahasiswa Nanyang Technological University (NTU), berharap mendapat dukungan pemerintah Indonesia, setelah pengadilan Singapura memutuskan David murni bunuh diri.
"Hasil keputusan Corner Court menyebutkan kalau David itu bunuh diri. Sementara pengajuan bukti dan saksi dari pihak keluarga David yang menilai itu adalah kasus pembunuhan, telah ditolak pihak pengadilan Singapura," kata Iwan mewakili pihak keluarga David di Jakarta, Rabu.
Dengan jatuhnya putusan itu, lanjut Iwan, tidak terbuka peluang pengajuan pembukaan kasus itu kembali, karena pengadilan itu adalah "corner court" yang hanya memutuskan suatu perkara, termasuk menetapkan bahwa kasus itu sudah ditutup atau masih dapat dilanjutkan.
Menyikapi hal tersebut, ia mengatakan, pemerintah Indonesia harus memberikan dukungan, karena pengacara keluarga David, Shashi Natan di Singapura menilai ada konspirasi dan intervensi pemerintah Singapura.
Padahal ini adalah sidang pengadilan koroner, yang menurut undang-undang, harus bersih dari campur tangan negara.
Lebih lanjut Iwan mengatakan, sehari sebelum putusan pengadilan Singapura, Selasa (28/7), pihak keluarga David sempat menemui wakil presiden terpilih Boediono, yang pada saat itu berada di negeri singa itu.
Pada Rabu (29/7), pihak pengadilan Singapura memutuskan kasus David adalah kasus bunuh diri. Mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di NTU itu, tewas Maret lalu setelah jatuh dari lantai empat di gedung kampusnya. Hal itu diperkuat dari keterangan dosen pembimbingnya, Profesor Chan Kap Luk yang menuduh David bunuh diri setelah menikam dia.
Namun oleh pihak keluarga David melalui kuasa hukumnya, yakin jika penerima olympiade sains itu dibunuh.
Dari analisa pengacara dan ahli forensik di Indonesia menilai pihak aparat Singapura berusaha menutupi dan memutarbalikkan fakta, katanya.
Alasannya, dari foto-foto forensik terbukti secara jelas bahwa kaki David telah dipelintir dan tangannya tersayat. Selain itu, juga ditemukan fakta David sudah bersimbah darah di tiga titik yakni di ruang dosen, di tangga darurat, dan di jembatan kaca.
Selain itu, luka yang dialami dosen pembimbing David hanya ada dua di bagian punggung, sementara almarhum David sedikitnya terdapat 18 tusukan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009