Pekanbaru (ANTARA News) - Tim dokter RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riau, menyatakan bahwa bayi berkepala dua meninggal secara bergantian akibat disfungsi organ vital.
"Kematian bayi disebabkan kegagalan fungsi organ vital seperti jantung dan paru-paru," kata juru bicara tim dokter RSUD Arifin Achmad dr Tubagus Odih spBA pada jumpa pers di Pekanbaru, Selasa.
Menurut Tubagus Odih, dua individu yang berada dalam satu badan itu tidak menghembuskan nafas terakhir bersamaan di ruang Perimatologi RSUD Arifin Achmad.
Berdasarkan rekam medis, ujarnya, bayi sebelah kiri dari posisi pasien adalah yang pertama kali meninggal pada pukul 01.33 WIB. Berselang dua menit kemudian, tepatnya pukul 01.35 WIB, nyawa bayi lainnya akhirnya juga tak dapat tertolong lagi.
Pihak RSUD Arifin Achmad mengabarkan berita duka tersebut kepada Badrun, ayah bayi, yang menunggu anaknya di rumah sakit sekitar pukul 02.00 WIB.
"Kami sudah beberapa kali melakukan berbagai tindakan untuk memperbaiki kualitas hidup terutama pada fungsi organ vital, namun nyawa bayi sudah tidak tertolong lagi," katanya.
Dokter spesialis bedah anak itu menjelaskan, bayi beberapa kali mengalami penurunan kualitas hidup sangat drastis yang sempat diantisipasi oleh tim dokter sebelum akhirnya bayi meninggal dunia.
Kondisi bayi asal Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) itu pertama kali diketahui memburuk pada pukul 18.30 WIB, ditandai dengan kadar oksigen di darah anjlok hingga tinggal 62 persen dari kadar normal 95-100 persen.
Bayi sebelumnya memang mengalami gangguan pernafasan akibat kekurangan kadar oksigen sejak dirawat di RSUD Pekanbaru, sehingga memerlukan alat bantu pernafasan khusus (CPAP) untuk tetap bertahan hidup.
Tubagus Odih mengatakan, kondisi sangat kritis tersebut sempat berhasil ditanggulangi tim dokter, yang berhasil meningkatkan kadar oksigen di tubuh bayi hingga 82 persen. Namun, sekitar satu jam kemudian kondisi bayi kembali memburuk dan dokter juga mengidentifikasi terdapat penurunan kadar trombosit di darah.
"Kami memasukan darah sebanyak 50 cc kepada bayi untuk menstabilkan trombosit. Itu sebabnya kami membutuhkan darah hingga tujuh kantong yang juga dipersiapkan sebagai cadangan sesuai dengan kebutuhan," ujarnya.
Ia mengatakan, kondisi kritis bayi terjadi secara fluktuatif hingga denyut jantung keduanya melemah dan akhirnya meninggal dunia pada pukul 01.35 WIB.
Bayi berkepala dua merupakan anak pertama dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23), warga RT 3 Desa Belantara Raya, Kecamatan Gaung, Inhil. Bayi yang belum sempat diberi nama oleh orangtuanya itu sebelumnya dilahirkan dengan selamat di RSUD Puri Husada di Tembilahan, Ibukota Inhil, melalui operasi cesar pada Kamis malam (23/7) sekitar pukul 20.45 WIB. Saat lahir, bayi ini memiliki bobot 3.200 gram, dengan panjang 43 sentimeter. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009