Bengkulu (ANTARA News) - Kapal motor (KM) Raja Enggano selalu menunda berlayar dari Kota Bengkulu menuju pulau terpencil Enggano di Kabupaten Bengkulu Utara.
"KM Raja Enggano enggan berlayar kalau tahu tinggi gelombang laut di Samudera Indonesia mencapai 3 - 4 meter," kata Fahmiza, Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pulau Baai Bengkulu pada pembekalan TAGANA di Bengkulu, Senin.
Dikatakan, kapal yang mau berlayar ke Pulau Enggano biasanya datang dulu ke BMKG (dulu BMG), untuk mengetahui situasi berapa ketinggian gelombang laut di seputar Enggano dan setelah mendapat penjelasan baru mereka mengambil keputusan apakah mereka menyeberang atau ditunda.
Kapal menurutnya punya karakter masing-masing, begitu juga kapal nelayan. BMKG hanya sebatas memberikan informasi dan tidak menghalangi melaut.
"Kadang-kadang ada juga nelayan yang nekad berangkat mencari ikan ke tengah laut yang sedang memiliki gelombang tinggi," katanya.
Khusus KM Raja Enggano biasanya bila tinggi gelombang laut mencapai 3 sampai 4 meter saja mereka sudah membatalkan berangkat.
Memang bagi penumpang yang akan pulang ke Pulau Enggano akan kecewa dan rugi, karena biaya hidup meningkat.
"Tetapi bagi kita yang terpenting keselamatan penumpang dan awak kapal. Kalau rugi kecil silakan ambil tindakan, kalau rugi besar jangan," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pulau Baai Bengkulu, mengingatkan kondisi tinggi gelombang laut setiap hari
"Seperti hari ini gelombang laut di perairan Enggano yang berjarak 90 mil dari Kota Bengkulu, mencapai lima meter," katanya.
Dikatakan, terkait tingginya gelombang yang sangat membahayakan bagi seluruh jenis kapal tersebut, diminta kepada seluruh nelayan di wilayah samudera hindia barat daya Bengkulu dan Perairan Pulau Enggano untuk lebih berhati-hati bila akan menangkap ikan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009