Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon meminta semua negara, baik negara kaya maupun negara miskin, untuk melakukan langkah-langkah praktis dalam menghadapi dampak pemanasan global.
Pada saat yang sama, Sekjen PBB juga mendesak negara-negara maju untuk memberikan sumbangan bagi program pendanaan dan program lainnya untuk membantu masyarakat di negara-negara yang harus menanggung dampak perubahan iklim.
Seperti dikutip oleh salah satu juru bicaranya, Farhan Haq, dalam jumpa pers di Markas Besar PBB, New York, Senin, Ban menekankan bahwa adaptasi terhadap dampak pemanasan global merupakan investasi penting bagi masa depan semua pihak.
"Adaptasi harus kita lihat sebagai hal yang serius. Adaptasi merupakan kebutuhan praktis dan juga kewajiban moral," kata Ban dalam pidato yang disampaikannya di Ulaabaatar, ibukota negara Mongolia, Senin.
Berbagai langkah praktis, ujarnya, harus diambil oleh semua negara.
Upaya itu, menurutnya, bisa dimulai dengan mengumpulkan data ilmiah secara rinci tentang dampak perubahan iklim sehingga negara yang bersangkutan dapat mengarahkan berbagai sumber daya mereka untuk melakukan langkah-langkah terbaik.
Ia juga mengimbau agar negara-negara yang rentan terhadap pemanasan global melakukan berbagai upaya untuk mengurangi resiko bencana.
Menanam pohon bakau di daerah pesisir serta meningkatkan pendidikan masyarakat dan menyusun rencana evakuasi, disebut Sekjen sebagai contoh langkah praktis dan cenderung tidak mahal yang dapat dilakukan sebuah negara dalam mengantisipasi dampak pemanasan global.
Ban mengingatkan, kesepakatan dalam pembicaraan global soal kelanjutan Protokol Kyoto yang akan berlangsung di Kopenhagen, Denmark, pada Desember 2009 mendatang, harus membuat ketentuan bagi negara-negara makmur untuk menyediakan bantuan bagi negara-negara miskin dan rentan terhadap perubahan iklim agar mereka dapat menghadapi dampak pemanasan global.
"Miliaran (dolar, red) dana akan diperlukan. Harus ada dana baru, bukan berbentuk bantuan pembangunan resmi yang dirancang ulang," katanya.
Untuk mendorong negara-negara dalam upaya menyelesaikan kesepakatan kelanjutan Protokol Kyoto --yang periode pertamanya akan berakhir pada tahun 2012, Sekjen Ban Ki-moon akan menggelar pertemuan tingkat tinggi di New York pada 22 September 2009.
Pertemuan di New York itu disebut-sebut sebagai pertemuan tingkat tinggi terbesar tahun ini yang membahas masalah perubahan iklim.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009