Jakarta (ANTARA) - Munculnya wabah virus corona baru (COVID-19) menciptakan situasi baru, mengubah aktivitas masyarakat yang mau tak mau harus beradaptasi dengan kenormalan baru.

Dokter spesialis kedokteran jiwa Leonardi Goenawan menuturkan, ada beberapa tahap kondisi perilaku individu menghadapi pandemi COVID-19.

Baca juga: Mengenal "cabin fever" penyebab perasaan sedih saat PSBB

Pertama, tahap disrupsi.
Seseorang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian. Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam.

"Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur," kata dia dalam siaran resmi, Rabu.

Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami.

Kedua, tahap kebingungan dan ketidakpastian.
Menurut dokter di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, pada tahap ini individu merasa lelah secara mental karena tak ada kepastian, pun sumber penghasilan jadi terhambat. Kualitas hidup jadi menurun, begitu pula daya beli. Barang-barang jadi langka. Rencana sederhana yang dulu bisa mudah dilakukan jadi angan-angan belaka.

"Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran."

Ketiga, mulai menerima standard normal yang baru.
Jika dua tahap sebelumnya telah dilampaui, seseorang mulai bisa menerima kondisi dan terbiasa dengan perubahan kebiasaan dan pola hidup. Gaya hidup berdiam diri di rumah jadi hal lazim. Seseorang jadi selektif dalam berbelanja dan memanfaatkan teknologi agar bisa memenuhi kebutuhan dari dalam rumah.

Aktivitas dasar di dalam rumah serta minuman tradisional untuk menjaga kesehatan jadi pilihan. Orang semakin mengoptimalkan teknologi untuk bekerja secara virtual. Pada tahap ini, rasa kebersamaan dan senasib sepenanggungan juga timbul.

Baca juga: Kiat agar kacamata tidak berembun saat pakai masker

Baca juga: Lima cara atur keuangan saat puasa di tengah COVID-19

Baca juga: Haruskah bayi pakai masker kain untuk hindari COVID-19?

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020