"Dia itu tidak waras, dia selalu mengambil barang-barang keluarga lalu dijualnya. Dia sudah berulang-ulang ditangkap oleh polisi, kemudian dibebaskan karena tidak waras," kata ibunda Jusri, Jamanang di Bulukumba, Sulsel, Senin.
Pihak keluarga mengatakan Jusri --anak ketiga dari empat bersaudara-- ini memiliki watak pendiam dibanding dengan ketiga saudaranya yang lain.
"Memang Jusri sering mengikuti pengajian di sekitar rumahnya, tetapi itu untuk mencari makanan gratis yang dibawa oleh jamaah masjid," kata ibunya.
Pihak keluarga tidak mengatahui keterlibatan Jusri dalam jaringan teroris yang selama ini diincar oleh aparat kepolisian.
Keluarganya juga mengaku, Jusri sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, bahkan dia pernah pernah pergi ke negeri jiran - Malaysia.
Keluarga Jusri enggan menemui Jusri di Kantor Polisi atau meminta polisi untuk membebaskannya, karena jika Jusri dibebaskan dan kembali pulang ke kampung halamannya hanya merepotkan pihak keluarga dan tetangganya dengan tingkah laku yang tidak wajar termasuk mencuri harta benda milik keluarganya untuk dijualnya.
Pria asal Desa Sapanang Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel itu sudah kesekian kalinya ditangkap dengan berbagai tuduhan namun polisi kembali membebaskan Jusri karena dianggap tidak waras.
Tempat tinggal Jusri merupakan desa yang terpencil dan berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Kabupaten Bulukumba, Sulsel. Jusri dinyatakan kembali stres ketika ditinggal oleh istrinya beberapa tahun yang lalu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009