Siaran pers Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan Jakarta menyebutkan, sejak pertama muncul pada 24 Juni jumlah kasus flu A (H1N1) masih terus bertambah.
Rincian pertambahan kasusnya sebagai berikut: 24 Juni (dua kasus), 29 Juni (enam kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (delapan kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli (22 kasus), 14 Juli (26 kasus), 15 Juli (30 orang), tanggal 16 Juli (15 kasus), 20 Juli (15 kasus), 22 Juli (67 kasus), 23 Juli 2009 (83 Kasus), 24 Juli 2009 (21 Kasus), 25 Juli 2009 (19 kasus), 27 Juli (54 Kasus).
Kasus penyakit flu A (H1N1) baru itu kini sudah menyebar di 15 provinsi, yakni Bali, Banten, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sulawesai Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Jambi.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit itu menyebar dengan cepat karena menular melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin, atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita.
Penyakit itu dapat menyebabkan kematian namun secara global angka kematiannya termasuk rendah, yakni 0,4 persen. Di Indonesia, dari 400 orang yang terinfeksi virus flu A (H1N1), satu di antaranya meninggal dunia.
Masyarakat, kata Tjandra, dapat mencegah penularan penyakit itu dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, serta menutup mulut ketika batuk dan bersin.
"Jika ada gejala Influenza minum obat penurun panas, gunakan masker, jangan bepergian, beristirahat di rumah selama lima hari. Apabila dalam dua hari flu tidak juga membaik segera ke dokter," katanya.
Pemerintah, kata dia, sudah berupaya mengendalikan penularan penyakit itu dengan melakukan pemantauan kasus flu melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), menyiapkan rumah sakit rujukan, menyiapkan obat antivirus, mengintensifkan pelacakan kontak, memperkuat pemantauan ILI, dan melakukan pemantauan penyakit berbasis masyarakat. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009