Pekanbaru (ANTARA News) - Tim dokter RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riau, menyatakan kasus bayi berkepala dua dari Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) terjadi karena kurangnya asupan gizi terhadap sang ibu saat awal masa kehamilan.
"Bayi bisa berkepala dua karena kurangnya asupan gizi, seperti protein saat proses kehamilan," kata juru bicara tim dokter RSUD Arifin Achmad, dr Tubagus Odih,SpBA di Pekanbaru, Senin.
Menurut Tubagus Odih, kurangnya asupan gizi terutama pada tiga pekan pertama masa kehamilan dapat mengakibatkan gangguan pada janin. Dalam kasus kembar siam tersebut, lanjutnya, terjadi kegagalan pemisahan embrio yang sejatinya akan membentuk dua tubuh untuk bayi kembar.
Akibatnya, bayi yang belum sempat diberi nama itu terlahir dengan kondisi kembar siam jenis conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu.
Bayi berkepala dua tersebut merupakan anak pertama dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23), warga RT 3 Desa Belanta Raya, Kecamatan Gaung, Kabupaten Inhil.
Secara terpisah, Nurhayati mengatakan dirinya memang sempat kekurangan makan selama sebulan di awal masa kehamilannya. Ibu dari bayi berkepala dua ini mengaku selalu mual-mual dan memuntahkan kembali semua makanan yang masuk ke tubuhnya.
"Selama sebulan pertama kehamilan saya tidak tidak bisa makan," kata Nurhayati ketika dihubungi ANTARA dari Pekanbaru.
Sedangkan, Badrun mengatakan kondisi ekonomi yang jauh dari memadai membuat dirinya lebih banyak membawa istrinya berobat ke dukun desa selama masa kehamilan. Ia mengatakan dirinya selama ini hanya bekerja mengolah kebun kelapa milik mertua dan menjadi buruh pemecah kulit pinang dengan upah Rp2.000 per kilogram.
"Pendapatan tiap bulan saya hanya bisa membeli beras untuk keluarga," ujarnya.
Bayi berkepala dua itu dilahirkan dengan selamat di RSUD Puri Husada di Tembilahan, Inhil, melalui operasi cesar pada Kamis malam (23/7) sekitar pukul 20.45 WIB. Saat lahir, bayi ini memiliki bobot 3.200 gram, dengan panjang 43 sentimeter.
Bayi malang tersebut kini masih dirawat secara intensif di ruang Perimatologi RSUD Pekanbaru sejak tanggal 24 Juli lalu. Tim khusus yang terdiri dari enam dokter spesialis secara intensif merawat bayi tersebut.
Kondisi bayi berkepala dua itu belum melewati masa kritis hingga hari keempat masa perawatan.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009