Seekor anak gajah juga sempat menciumkan belalainya di sepeda bermerk "wyncicle" itu, sebelum sekawanan gajah itu masuk dalam kegelapan hutan belantara, ungkap Yusuf kepada wartawan di Garut, Senin.
Sedangkan peristiwa berikutnya dihadang macan dan beruang di perbatasan antara Bengkulu dan Sumsel.
Ketiga peristiwa yang dialaminya berlangsung pada malam hari, selain diantisipasi dengan kepasrahan sambil menghentikan sepedanya, juga melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur`an di dalam hati, katanya.
Pria kelahiran Payakumbuh Sumatera Barat 10 Maret 1963 itu, hingga kini menetap di Riau, kemudian memulai perjalanannya dengan bersepeda dari Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, pada 25 Desember 2008 lalu.
Sampai sekarang telah melintas dan menyinggahi sebanyak 99 Kabupaten/Kota di sembilan provinsi, terdiri Jambi, Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI dan Jabar termasuk Garut, kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Jateng, Jatim hingga berakhir di Papua.
Mantan wartawan/kontributor Tribun Pekanbaru itu mempunyai obsesi menorehkan tinta emas, dengan dua misi menggerakkan budaya membaca serta menghentikan pemanasan global dengan memposisikan diri sebagai motivator, katanya.
Dengan target menuntaskan perjalanannya awal 2012 mendatang, yang diakhiri dengan pembuatan buku sebagai dokumen untuk diserahkan kepada Presiden bersamaan dengan pembukaan PON XVII di Riau, ujar Mohd. Yusuf yang tiba di Garut setelah menempuh perjalanan selama tujuh bulan.
Yusuf membawa akomodasi sebesar Rp 25 juta, tanpa melibatkan sponsor manapun. Dalam perjalanannya telah mengalami tiga kali ban meletus, puluhan kali memperbaiki rantai dan mengganti karet rem pada sepeda yang dibelinya dari toko seharga Rp 1,2 juta, lengkap dengan suku cadang menjelang keberangkatannya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009