"Akan dibangun terowongan di jalur Nagreg untuk mengatasi kecuraman tanjakan di sana, tak bisa dipaksakan melalui jalur normal karena kecuramannya tidak ideal," kata Menteri Pekerjaan Umum, Joko Kirmanto di sela kuliah umum di Pusat Pendidikan Teknologi PU di Cicaheum, Kota Bandung, Senin.
Menurut Joko, pembuatan terowongan di jalur itu akan menjadikan jalur lingkar Nagreg menjadi ideal. Jalur terowongan itu akan diberlakukan masing-masing dua lajur dari kedua arah.
Ia menyebutkan, ruas tanjakan idealnya hanya berkemiringan enam persen dalam jarak 200 meter, namun yang ada di kawasan Nagreg lebih dari enam persen.
"Kita sudah rancang terowongan itu dan dibuatkan studi kelayaknnya untuk ruasnya, anggarannya kita lihat saja nanti. Namun jalur itu butuh terowongan untuk mengatasi kecuraman tanjakan di sana," kata Menteri.
Ia menyebutkan proses pembuatan terowongan itu akan dilakukan dengan menembus beberapa ruas jalur di sana sehingga mendapatkan kemiringan yang ideal.
Ketika ditanyakan kemungkinan adanya pembengkakan anggaran untuk mengganti ruas jalan raya dengan terowongan itu, kemungkinan tersebut diakui oleh menteri.
Namun demikian jalur terowongan itu perlu dilakukan agar ruas jalan yang baru memenuhi kriteria dan persyaratan keamanan bagi penggunanya, ujarnya.
Sejauh ini belum jelas berapa meter panjang terowongan itu akan dibuat di jalur lingkar Nagreg sehingga ruas jalan segera tersambung. Panjang ruas jalur Nagreg sekitar 6,1 kilometer.
Sementara itu Kepala Balai Pembinaan Konstruksi dan SDM, Sumaryanto Hidayatin menyebutkan pembuatan terowongan di Nagreg sebuah kebutuhan untuk mengatasi permasalahan lalu lintas di kawasan itu.
"Pembuatan terowongan untuk mengatasi kecuraman tanjakan juga dilakukan di kawasan Sumatra. Dengan geografis yang sama dengan Nagreg, diperlukan terowongan," kata Kapala Balai Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen PU itu.
Sementara itu untuk memperkokoh tebing-tebing yang tinggi di sekitar kawasan Nagreg dan Lingkar Nagreg, wilayah itu akan ditanami dengan rumput "Fetivera" atau sejenis akar wangi.
"Rumput itu bisa menyerap air dan bisa memperkokoh tebing. Rumput itu didatangkan oleh Belanda dari India pada masa penjajahan dulu," kata Sumaryanto.
Rumput jenis itu pula yang ditanam di sepanjang ruas Tol Cipularang.
Dengan belum tuntasnya jalur lingkar Nagreg dan pembangunan fly over di sana, kemacetan arus lalu lintas pada musim arus mudik/ balik Lebaran 2009 mendatang masih akan terjadi. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009