Teheran (ANTARA News/AFP) - Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani membantah terjadi pergolakan kekuasaan di jajaran tinggi Iran setelah pemilihan presiden yang dipersoalkan builan lalu, kata kantor berita Mehr, Minggu.

Rafsanjani (75) menunjuk pada persahabatan lebih dari setengah abad antara dirinya dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (70), yang dimulai jauh sebelum revolusi Islam Iran pada 1979.

"Ia adalah seorang pemikir yang progresif dan menatap masa depan dalam berbagai masalah," kata mantan presiden Iran itu.

"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkan bahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahan merupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kata Rafsanjani, seperti dikutip kantor berita tersebut.

Khamanei menghadapi krisis terbesar Iran sejak revolusi Islam 1979 setelah protes luas yag terjadi setelah pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad pada 12 Juni menewaskan sedikitnya 20 orang.

Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilih itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Sejak pergolakan meletus, pasukan keamanan Iran menindak keras demonstran, dan ratusan pemrotes serta reformis kenamaan, wartawan dan analis ditangkap.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Kementerian Luar Negeri Iran menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009