Kudus, 24/7 (ANTARA) - Mantan Anggota Jamaah Islamiyah (JI) Thoriquddin (yang dikenal dengan Abu Rusdan) menegaskan, pelaku pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di Jakarta Jumat (17/7) lalu dan aksi serupa sebelumnya bukanlah anggota JI.
"Pasalnya, sejak tahun 1999 secara kelembagaan organisasi Jamaah Islamiyah tidak efektif lagi," ujar Abu Rusdan, di Kudus, Jumat yang memiliki jabatan terakhir berdasarkan tuduhan polisi di organisasi JI sebagai Pelaksana Amir Mujahidin.
Oleh karena itu, kata dia, seluruh aksi pengeboman sejak tahun 2000, seperti pengeboman pada Hari Natal, Atrium Senen, serta bom Bali I dan seterusnya sampai sebelum 17 Juli bukan tanggung jawab JI, karena secara institusional tidak ada hubungannya dengan aksi-aksi tersebut.
"Meskipun pelaku aksi pengeboman 17 Juli belum diketahui mengingat investigasi kasus tersebut belum menunjukkan kejelasan pelakunya, tetap tidak ada kaitannya dengan JI. Jawaban pastinya tunggu kepolisian, karena saya tidak bisa asal menebak," ujarnya.
Adapun aksi pengeboman yang sudah berlalu, katanya, sebagian pelaku yang tertangkap berdasarkan berkas acara pemeriksaan (BAP) polisi ada hubungan dengan JI dan Noordin M Top.
Meskipun secara kelembagaan sejak tahun 1999 organisasi JI tidak efektif lagi, kata dia, pemikiran dasar JI masih ada dalam pemikiran para pengikutnya yang dulu pernah bergabung. "Pemikiran JI bukan dibuat sendiri oleh para pendirinya, tetapi merupakan sari dari Alquran dan sunah Rasul," ujarnya.
Disinggung soal kemungkinan adanya kelompok lain yang melakukan aksi pengeboman 17 Juli, kata dia, jika berandai-andai mungkin saja terjadi, setelah memahami karakter aksi pengeboman yang terjadi dan mungkin saja mereka menumpang.
Ada tidaknya keterlibatan negara asing, kata dia, tidak ada perbedaanya mengingat kejadiannya ada di Indonesia.
"Saya juga tidak sepakat, dengan sebutan sempalan atau faksi dari JI, karena JI bukan merupakan organisasi yang ketat dan solid, tetapi hanya perkumpulan orang-orang yang bekerja di bidang dakwah dalam menjabarkan pemikiran berdasarkan Alquran dan sunah, sehingga sangat longgar sekali," ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, orang yang hanya mengikuti pengajiannya sekali, tetapi pemikiran para dai bisa diterima, itu sudah cukup. "Kita menyebarkan agama yang kita yakini benar, karena ada dalilnya," ujarnya.
Ia mengatakan, para pelaku pengeboman merupakan orang-orang yang mengaji dan hafal beberapa surat dalam Alquran dan cuplikan tafsir dan belajar hadis. "Mereka bukan orang yang baru belajar di taman kanak-kanak dan madrasah ibtidaiyah dalam memahami jihad, tetapi mereka paham betul," ujarnya.
Terkait dengan pernyataan sejumlah cendikiawan muslim di media yang mengajari pelaku aksi bahwa jihad mereka tidak benar, katanya, mereka mengetahui semua dan memahami aksi jihad, tetapi mereka membuat satu pilihan.
"Tidak adil jika aksi mereka divonis tanpa punya hak untuk menyampaikan argumennya, mengingat mereka bukanlah orang yang tidak mengerti jihad," tukasnya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009