Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) mempelopori memperbanyak siaran bermaterikan kebutuhan anak-anak usia 0-18 tahun dengan pendekatan budaya agar antar daerah saling mengenal dan dalam memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dirut LPP RRI Parni Hadi mengemukakan ha itu dalam dialog interaktif "Pelangi Anak Nusantara" di RRI Jakarta, Kamis sore, dalam memperingati Hari Anak Nasional (HNA) yang juga menampilkan pembicara Meneg Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP) Meutia Hatta Swasono, Ketua KPAI Hadi Supeno dan pengurus lembaga anak Kid, Ari Artika.
Parni menjelaskan, peningkatan siaran bermaterikan anak-anak menyangkut kebudayaan bangsa telah dimulai sejak peringatan HAN 2008 yaitu dimulainya acara mingguan "ACI" (Anak Cerdas Indonesia) yang acara tersebut disiarkan secara nasional, sehingga anak dari berbagai daerah dapat saling berkomunikasi secara interaktif.
"Siaran RRI saat ini memiliki 61 stasiun di 33 provinsi dan mencakup 80 persen dari wilayah dan penduduk Indonesia, sehinga siaran khusus anak-anak yang akan dapat dinikmati para anak di pelosok agar mereka tidak ketinggalan dalam hal perkembangan informasi, pendidikan, dan wilayah Indonesia yang luas tersebut," katanya.
Parni Hadi mengimbau kepada pengelola media massa, seperti radio swasta, stasiun televisi, media cetak koran dan majalah, termasuk media online (internet) agar memberikan porsi dalam siaran untuk anak agar dapat membantu anak Indonesia saling mengenal, bersikap pluralis dan memiliki SDM yang berkualitas dan merata antar daerah.
"Media massa memang dituntut mencari keuntungan atau pendapatan agar tetap beroperasi, namun diharapkan tetap mampu melaksanakan empat fungsi pokoknya, yaitu mendidik, memberikan informasi, menghibur dan sebagai kontrol sosial," katanya.
Dalam dialoag interaktif dipandu Lia dari RRI Pro-I itu, Meneg PP Meutia Hatta Swasono mengharapkan, agar para anak baik siswa SD, SMP dan SMA agar rajin belajar, membaca, menulis dan berlatih dalam segala hal, sehingga kelak dewasa memiliki keterampilan untuk mencapai cita-citanya.
"Kami berpesan kepada anak-anak untuk memilih menonton acara televisi yang sesuai kebutuhan anak, seperti perkembangan iptek, flora dan fauna dan lingkungan hidup, sehingga dapat berguna menambah wawasan dan keterampilannya," katanya dalam acara yang didengar dari anak-anak di wilayah Biak, Banjarmasin, Yogyakarta dan Jakarta.
Menanggapi pertanyaan pendengar seorang anak dari Biak tentang agar menjadi menteri, Meutia Hatta mengatakan, anak harus rajin belajar, membaca, menulis, dan pandai, sehingga dengan aktif menulis, anak-anak dapat diketahui kepandaian oleh calon presiden mendatang yang selanjutnya dapat dipilih menjadi menteri.
Sementara itu, guru besar FE-UI Prof Dr Sri Edi-Swasono yang juga suami dari Meneg PP itu, yang hadir di acara itu, menambhakan, anak-anak juga bisa bercita-cita menjadi presiden, syaratnya harus rajin belajar, membaca, menulis, juga harus belajar mencintai dan dicintai rakyat, sehingga kelak dipilih menjadi pemimpin bangsa.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengharapkan, agar anak-anak untuk mengurangi menonton televisi khususnya acara yang tidak berkaitan anak, karena dinilai dampak negatif terhadap perkembangan kecerdasan dan mental anak kurang baik.
Acara HAN 2009 di RRI itu juga dimeriahkan dengan musik dari alat musik barang bekas dari sekolah alam Bogor Jabar, puluhan siswa SMPN 57 Halimun Setyabudi, Jakarta dan siswa SMP Lapas Tengerang, Banten dan "Dewan Parlemen" dari 14 anak tergabung Kid Zania Jakarta, serta pelukis Herry Dim dari Bandung yang menampilkan 24 lukisan tentang anak-anak.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009