Pekanbaru (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di Sumatera dan Kalimantan tahun ini untuk mengantisipasi musim kemarau dan mencegah kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman, dalam siaran pers kepada ANTARA di Pekanbaru, Senin, menyatakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk hujan buatan untuk antisipasi musim kemarau 2020 yang diperkirakan mulai masuk pada awal Juni tahun ini.

“KLHK telah berkoordinasi dan membahas bersama BMKG, BPPT, BNPB, BRG, dan Kementan untuk antisipasi musim kemarau 2020 yang diperkirakan mulai masuk pada awal Juni tahun ini, di beberapa wilayah khususnya di Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan,” ujarnya.

Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, BPPT Yudi Anantasena mengatakan atas rekomendasi dari BMKG awal Mei merupakan saat yang tepat melakukan pembasahan lahan gambut khususnya di wilayah propinsi yang rawan karhutla dengan pelaksanaan rekayasa hujan buatan melalui operasi TMC.

Baca juga: Awal Mei hujan buatan mulai dilakukan cegah karhutla

Baca juga: Ratusan kilo garam akan disebar di langit Dumai untuk atasi karhutla


“Pada awal Mei merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau dimana curah hujan di beberapa wilayah sudah berkurang, namun potensi awan masih tersedia untuk mendukung operasi TMC,” ujarnya.

Operasi TMC untuk rekayasa hujan buatan, lanjut Yudi Anantasena, dimaksudkan untuk membasahi lahan-lahan gambut di musim kemarau, dengan mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal guna mencegah lahan gambut tersebut terbakar.

Sebagaimana diketahui di Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan beberapa wilayah lahan gambut terbakar berulang sejak 2015-2019.

Tri Handono Seto, Kepala BBTMC-BPPT mengatakan operasi TMC ini akan diawali dengan pembentukan 2 posko di wilayah Sumatera, yaitu Posko Pekanbaru yang meliputi wilayah Provinsi Riau dan Jambi serta Posko Palembang untuk wilayah Propinsi Sumatera Selatan.

“Operasi TMC ini akan dilaksanakan selama 15 hari di masing-masing posko,” ujarnya.

Selanjutnya, kata Tri Handoko Seto, setelah kedua posko tersebut direncanakan membentuk lagi 3 posko serupa di Kalimantan, yaitu Posko Kalteng-Kalsel, Posko Kalbar dan Posko Kaltim-Kaltara.

“Diharapkan pelaksanaan TMC yang segera dimulai setelah peluncuran hari ini dan dapat mencegah terjadinya karhutla sesuai arahan Bapak Presiden sekaligus menekan angka karhula 2020 secara nasional, khususnya di propinsi-propinsi bergambut yang rawan karhutla,” katanya.

Terkait dengan pandemi Covid-19, Tri Handoko Seto mengatakan tim TMC akan disiplin melaksanakan kegiatan sesuai protokol kesehatan yang baku.

Pertemuan virtual “Peluncuran Pelaksanaan TMC 2020” dihadiri oleh Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Deputi Bidang Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan, Badan Restorasi Gambut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Kepala BPBD Provinsi Riau, BPBD Provinsi Jambi, BPBD Provinsi Sumatera Selatan dan wakil instansi terkait dan swasta.*

Baca juga: Antisipasi karhutla Riau, pemerintah kirim tim hujan buatan

Baca juga: BPPT akan perluas TMC di luar Jabodetabek

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020