Surabaya (ANTARA News) - Kurikulum pendidikan bahasa daerah di setiap sekolah di Provinsi Jawa Timur sulit berkembang.
"Kurikulum pendidikan bahasa daerah sangat sulit berkembang. Apalagi, banyak guru bahasa daerah di sekolah-sekolah tidak menguasai materi bahasa daerah," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Rasiyo, di Surabaya, Rabu malam.
Ia sangat menyayangkan hal itu, mengingat mata pelajaran bahasa daerah sudah lama masuk dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA).
"Jangankan siswa sekolah, kita saja malah sering kesulitan mengucapkan bahasa daerah, apalagi Bahasa Jawa Kromo Inggil," kata mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur itu.
Rasiyo berpendapat, dalam berbahasa daerah terkandung perilaku etika dan sikap-sikap penghormatan terhadap lawan bicaranya.
"Beda dengan bahasa Indonesia. Misalkan saja, dalam tingkatan apa pun, ungkapan, `saya makan` tidak akan berubah. Kalau dalam bahasa Jawa, kalau diucapkan pada orang sebaya `kulo maem`, tapi kalau kepada orang yang lebih tua akan berubah `kulo dhahar`," katanya mencontohkan.
Menurut dia, bahasa daerah mengajarkan budi pekerti dan tata krama. Namun sayangnya, keberadaan bahasa daerah terancam punah.
Oleh sebab itu, pihaknya mengajak pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur perlu meningkatkan pembinaan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian bahasa daerah.
Pemprov Jatim, lanjut dia, akan menggiatkan pelatihan bahasa daerah dengan mendatangkan tenaga pengajar yang ahli di bidangnya.
"Nanti saya akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, sejauh mana guru di sekolah dan lingkungan keluarga dalam menggunakan bahasa daerah. Kalau keluarga sendiri tidak memahami dengan baik, kemungkinan bahasa daerah itu akan cepat punah," kata Rasiyo.
Oleh sebab itu, peran keluarga dalam melestarikan bahasa daerah sangat penting. "Tapi yang lebih penting adalah peran guru bahasa daerah di sekolah," katanya mengingatkan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009