Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menolak anggapan bahwa tindakannya selaku Kepala Negara menunjukkan foto-foto dari intelijen sebagai suatu upaya membocorkan rahasia negara.
Hal itu dikemukakan oleh Yudhoyono dalam Rapat Koordinasi Nasional Partai Demokrat di JIExpo Jakarta, Rabu malam, terkait dengan pernyataannya selaku Presiden RI pascainsiden bom di dua hotel berbintang lima di Jakarta pekan lalu.
"Ini bukan rahasia negara, ini bukan military secret. Ini bukan top secret...sebagai presiden wajib saya mengingatkan rakyat Indonesia terutama pihak-pihak yang ingin melakukan tindakan melawan hukum, daripada sudah terlanjur terjadi kerusakan," katanya.
Sekitar enam jam setelah dua ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton pada Jumat (17/7) pagi, Presiden Yudhoyono memberikan keterangan pers yang memperlihatkan foto-foto dari hasil penyelidikan intelijen yang menggambarkan foto dirinya dijadikan sasaran latihan tembak oleh sekelompok orang bertopeng.
"Apa yang saya dapatkan adalah laporan intelijen, bukan gosip, bukan isu, bukan fitnah, jadi tidak mengada-ada ...dan (kejadian penggunaan foto presiden sebagai sasaran tembak) itu pada 2009 bukan 2004, ada yang mengatakan itu pada 2004," katanya seraya menambahkan bahwa pada saatnya kasus itu akan dibuka di pengadilan.
Tindakan Yudhoyono selaku Kepala Negara menunjukkan foto-foto tersebut dalam beberapa hari terakhir memancing reaksi sejumlah pihak.
Pascaledakan dua buah bom di dua hotel berbintang lima di Jakarta pekan lalu, Yudhoyono selaku presiden RI menjenguk korban di rumah sakit, mendatangi lokasi terjadinya peristiwa dan mengumpulkan para pejabat terkait untuk membahas mengenai hal itu.
Ledakan bom tersebut sejauh ini mengakibatkan sembilan orang tewas --beberapa diantaranya adalah warga negara asing-- dan 53 luka-luka.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009