Jakarta (ANTARA News) - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menanggapi teror bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, sangat tidak kontekstual dan bukan peringatan dini soal ancaman terorisme, kata pakar komunikasi Universitas Indonesia Effendi Ghazali.
"Pernyataan Yudhoyono itu adalah ungkapan kesedihannya yang dalam. Akibatnya, pernyataan-pernyataan out of context ( di luar konteks), bukan early warning (peringatan dini)," katanya, dalam diskusi "Strategi Komunikasi Lembaga Kepresidenan Menghadapi Terorisme" di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, kesedihan berlebihan itu tertangkap dari bahasa tubuhnya di mana ada jeda lama ketika merangkai kalimat, raut muka sedih dan terpukul, apalagi sebelumnya Pilpres berjalan relatif aman dan sukses.
Effendy menjelaskan, seharusnya tim pemenangan Yudhoyono tetap mendampingi mengeluarkan pernyataan pascaledakan yang mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia itu.
Dalam komunikasi politik, ada yang disebut "post election" dimana tim harus tetap mendampingi Presiden pasca pemilu presiden yang dapat memberikan masukan apa yang harus dilakukan dan disampaikan dalam menghadapi berbagai situasi krusial seperti itu.
"Karena setelah Pemilu Presiden, adakalanya kandidat presiden terlalu gembira karena kemenangannya, tetapi juga terlalu sedih karena kekalahannya. Dalam kondisi itu, seorang kandidat presiden dapat melakukan kesalahan fatal seperti yang dilakukan Yudhoyono saat menanggapi aksi terorisme kemaren," papar Effendy. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009