Jakarta (ANTARA News) - Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan, dari total produksi elpiji Kilang Bontang, Kaltim, sebesar 400 ribu ton, Pertamina hanya mampu menyerap 150-200 ribu ton, sehingga perlu dicari pasar lain untuk menyerap kelebihan produksi itu.
"Namun, kami akan tetap prioritaskan elpiji Bontang ini terserap di dalam negeri," kata Kepala BP Migas R Priyono di Jakarta, Rabu.
PT Badak NGL, operator kilang Bontang, menjadwalkan pengiriman pertama elpiji sebanyak 80.000 ton Juli ini.
Vice President Pertamina LNG Business Hari Karyuliarto mengatakan, porsi lebih besar produksi elpiji tersebut akan dijual ke pasar domestik, sementara sisanya diekspor.
Deputi Direktur Pemasaran Pertamina Hanung Budya berjanji membeli seluruh elpiji produksi Kilang Bontang, asal harganya lebih rendah dari harga impor.
Pertamina sudah memiliki kontrak impor 800.000 ton dengan perusahaan dagang asal Eropa, Petredec dengan harga freight on board (FOB) Contract Price (CP) Saudi Aramco minus empat dolar AS per ton.
Kilang Bontang kembali mempersiapkan produksi elpiji mulai Maret 2009 setelah sempat berhenti produksi sejak 2005.
Bontang memproduksi kembali elpiji menyusul pembatalan pembelian kargo gas alam cair (LNG) oleh pembeli Jepang, Taiwan dan Korea pada tahun ini akibat krisis global. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009