"Nilainya biasa-biasa saja, tidak menonjol," kata salah seorang pengajar di ponpes itu, Faizin Santoso, di Temanggung, Selasa.
Nur Said yang berasal dari Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung itu masuk di ponpes tersebut pada 1988 dan lulus pada 1991.
Pendidikan sekolah dasar dijalaninya di SD Negeri 1 Katekan relatif dekat dengan rumahnya di lereng timur Gunung Sindoro itu.
Ia mengatakan, perilaku Nur selama di ponpes itu relatif baik dan dirinya selalu menunjukan sikap sopan kepada siapa saja.
"Dia angkatan ketiga di sini," katanya.
Ia mengatakan, nilai kelulusan untuk pelajaran olah raga dan keterampilan yang diraih Nur relatif menonjol dibandingkan dengan pelajaran lainnya, yakni delapan.
Pada kesempatan itu ia menyatakan tidak yakin jika Nur menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, Jakarta, pada Jumat (17/7) tersebut.
Tetapi, katanya, pihaknya tetap menunggu hasil penyidikan dan penyelidikan aparat kepolisian dalam peristiwa tersebut.
"Saya harapkan pelakunya bukan dia, tetapi kalau memang dia tentu kami sangat menyayangkan," katanya.
Pada kesempatan lain, ayah Nur, Muhammad Nasir (60), mengatakan, setelah Nur menikahi isterinya pada 1999, ia tinggal di rumah mertuanya di Klaten. Nur adalah anak ketiga dari enam bersaudara.
Tetapi, katanya, didampingi anak kelimanya, Safrudin (31), sejak 2001 Nur yang telah memiliki dua anak tersebut tidak diketahui tempat tinggalnya.
Pihak keluarga dan beberapa tetangga juga menyatakan tidak yakin jika pelaku bom bunuh diri itu adalah Nur.
Pada Senin (20/7) pagi, Nasir dan isterinya, Tuminem (57), dikabarkan dijemput petugas untuk menjalani tes Deoxyribonucleic Acid (DNA) guna memastikan identitas Nur.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009