London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak berbalik naik (rebound) pada Selasa waktu setempat, karena pedagang merespon positif laba perusahaan AS dan meningkatnya pasar saham.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Agustus, naik 84 sen menjadi 64,82 dolar AS per barel pada akhir transaksi sore. Kontrak Agustus berakhir pada penutupan perdagangan hari ini.
Minyak Brent North Sea untuk pengiriman September meningkat 83 sen menjadi 67,27 dolar AS.
Sebelum Selasa, minyak mentah New York naik 4,44 dolar AS selama empat sesi lalu.
"Pasar (minyak) tampaknya terus mengikuti pasar saham karena orang berharap situasi ekonomi akan membaik," kata Gene McGillian, broker pada Tradition Energy.
Wall Street meningkat tajam pada bell pembukaan Selasa karena lebih baiknya dari perkiraan laporan laba memicu harapan investor bahwa ekonomi akan keluar dari resesi.
Saham-saham juga rally pada Senin, memperpanjang kenaikan pekan lalu karena membaiknya prospek laba perusahaan dan laporan dari sektor swasta untuk menyelamatkan usaha pinjaman CIT Group mendorong keyakinan investor.
Raksasa minuman global Coca-Cola pada Selasa melaporkan laba kuartalannya memukul perkiraan, dibantu oleh pertumbuhan kuat volume di pasaran sedang tumbuh seperti China dan India.
Pedagang juga mencerna kesaksian kunci dari Ketua Federal Reserve Ben Bernanke.
Federal Reserve kemungkinan akan mempertahankan kebijakan uang longgar untuk beberapa waktu walaupun ada tanda-tanda perbaikan di ekonomi dan pasar keuangan, ketua Ben Bernanke mengatakan Selasa.
Bernanke, memberikan laporan ekonomi setengah tahunan kepada Kongres, yang menunjuk "perbaikan terkemuka" di pasar keuangan dan prospek ekonomi yang lebih cerah namun banyak risiko yang didorong oleh tingginya pengangguran.
"Untuk memecahkan substansi ekonomi yang kendor dan terbatasnya tekanan inflasi, kebijakan moneter tetap difokuskan untuk membantu pemulihan ekonomi," Bernanke mengatakan kepada DPR Komite Jasa Keuangan.
Sementara itu, pedagang menjaga perhatiannya pada Iran, di mana ada sengketa hasil pemilu yang mengancam stabilitas negara minyak itu.
Republik Islam memproduksi minyak mentah sekitar 3,8 juta barel per hari dan merupakan eksportir minyak terbesar ketiga dunia setelah Rusia dan tokoh OPEC Arab Saudi.
Kelompok reformis Iran pada Selasa menyerukan referendum untuk menyelesaikan krisis politik mendalam di Republik Islam.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009