Jenewa (ANTARA News/Reuters) - Virus H1N1 telah menewaskan lebih dari 700 orang sejak muncul April, dan negara-negara dapat mempertimbangkan penutupan sekolah untuk memperlambat penyebaran virus itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Selasa.
WHO, yang korban tewas sebelumnya 429 orang dua pekan lalu, mengatakan terserah pada pihak berwenang kesehatan nasional untuk memutuskan langkah yang akan mereka lakukan guna memperlambat meluasnya virus baru itu.
Tulisan para peneliti Inggris dalam jurnal Lancet Infectious Disease mengatakan Senin bahwa pemerintah-pemerintah perlu merancang rencana kapan dan bagaimana menutup sekolah jika pandemi flu babi itu memburuk.
"Penutupan sekolah merupakan salah satu langkah peringanan yang dapat dipertimbangkan oleh negara-negara," jurubicara WHO Alphaluck Bhatiasevi mengatakan pada konverensi pers.
"Seperti yang WHO katakan, negara-negara yang berbeda akan menghadapi pandemi pada tingkat yang berbeda pada waktu yang berbeda. Jadi benar-benar terserah pada negara-negara untuk mempertimbangkan apa tindakan peringanan yang sesuai dengan mereka dengan memperhatikan situasi negara-negara itu sendiri."
Badan PBB itu, yang mengumumkan pandemi flu H1N1 pada 11 Juni, mengatakan pekan lalu, H1N1 dalah pandemi yang paling cepat bergerak dan sekarang tidak ada artinya untuk menghitung setiap kasus.
Ia telah memberitahu negara-negara untuk berhenti melaporkan kasus perseorangan dan memusatkan perhatian pada tindakan peringanan serta mendeteksi pola penyakit yang luar biasa atau memakunya angka kemangkirannya.
Sekitar 125.000 kasus yang telah dikonfirmasikan-laboratorium telah dilaporkan di seluruh dunia sampai hari Selasa, Bhatiasevi mengatakan pada Reuters.
Satu jaringan pakar independen sedang melakukan studi yang mencontoh mathematika untuk memproyeksikan macap apa biaya yang efektif dan tindakan mitigasi yang bermanfaat yang negara-negara dapat laksanakan, menurut jurubicara itu.
WHO sedang mengkoordinasikan kelompok itu, yang terdiri atas para ahli mathematika, epidemiologi dan virologi, ia mengatakan.
Virus flu baru itu dapat diobati dengan antiviral seperti Tamiflu-nya Roche Holding atau Relenza buatan GlaxoSmithKline, tapi banyak pasien sembuh tanpa perawatan medis.
Beberapa pakar mengatakan sedikitnya 1 juta orang telah tertular virus flu babi di AS saja.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009