Serangan itu terjadi di kota Shopian, 50 kilometer selatan ibukota musim panas negara itu, Srinagar, kata jurubicara polisi.
"Pejuang melemparkan granat ke tenda polisi penumpas pemberontakan, yang menghasilkan kematian dan luka itu," katanya.
Shopian dilanda unjukrasa teratur sejak mayat dua wanita ditemukan pada ahir Mei.
Polisi memperlakukannya sebagai perkara perkosaan dan pembunuhan, tapi penduduk menuduh pelakunya pasukan keamanan India.
Polisi sudah menangkap empat orang di antara rekan mereka dengan tuduhan menghancurkan bukti.
Kashmir dilanda hampir 20 tahun perlawanan, yang menewaskan lebih dari 47.000 orang, kata hitungaan resmi.
Polisi di Kashmir atas perintah pengadilan tingginya menangkap empat sesamanya dengan tuduhan menghilangkan bukti perkara perkosaan dan pembunuhan dua wanita, yang memicu unjukrasa sangat besar menentang India, kata pejabat pada pekan lalu.
Di antara empat perwira itu terdapat kepala polisi kota Shopian, tempat kejahatan tersebut terjadi.
Mayat gadis berusia 17 tahun dan wanita iparnya, yang berumur 22 tahun, ditemukan di kali pada 30 Mei.
Polisi semula menyatakan mereka mati tenggelam, tapi lalu mengakui mereka diperkosa dan dibunuh.
"Kami menangkap keempatnya atas perintah pengadilan," kata perwira utama polisi, yang minta namanya tidak disebutkan.
Perkara itu memicu unjukrasa luas menentang India di lembah Kashmir tersebut, yang berpenduduk sebagian besar warga Muslim, dengan menuduh pasukan keamanan terlibat langsung dalam kematian wanita itu.
Di Shopian, penggalang unjukrasa menyambut penangkapan itu dan menghentikan pemogokan 47 hari, yang menutup toko, sekolah, kantor dan bank kota tersebut.
Pengadilan itu menyatakan uji DNA akan dilakukan atas keempat polisi itu untuk mengetahui apakah cocok dengan contoh mani, yang diperoleh dari korban.
Perintah pengadilan itu keluar beberapa hari sesudah pemeriksaan atas perkara tersebut memutuskan bahwa keempat polisi itu dan seorang pakar forensik tak hanya lalai dalam kewajiban mereka, tapi juga menghancurkan bukti penting.
Rasa benci India mendalam di lembah Kashmir, tempat sebagian besar penduduknya ingin kemerdekaan untuk daerah Himalaya tersebut.
Perdana Menteri India Manmohan Singh memperingatkan bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan keras terhadap pelanggar hak asasi manusia di Kashmir dan menawarkan perundingan dengan pejuang di wilayah sengketa itu.
Peringatan itu disampaikan pada pertengahan Juni sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai unjukrasa menyangkut pemerkosaan dan pembunuhan atas kedua muslimah di Kashmir itu, yang disebut-sebut dilakukan beberapa petugas keamanan India.
Ia juga menyatakan siap berunding dengan politikus kawasan serta pejuang penentang India di Kashmir.
Kekerasan melibatkan pasukan India dan pejuang Muslim menurun di Kashmir sejak India dan Pakistan memulai alur perdamaian, yang bergerak lambat, pada 2004.
New Delhi menghentikan pembicaraan itu setelah serangan Mumbai pada November 2008, yang menewaskan lebih dari 160 orang.
India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan pejuang pada 2001 terhadap gedung parlemen India.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009