menanam pangan lokal maka masyarakat Papua bisa menghasilkan beragam jenis kebutuhan
Jayapura (ANTARA) - Ketersediaan pangan lokal Papua di masa pandemi virus corona (COVID-19) telah menjadi kebutuhan yang banyak dicari warga asli Papua dalam upaya mempertahankan kehidupan budaya masyarakat adat di wilayah Timur Indonesia.
Beraneka pangan lokal yang dimiliki alam Papua yang mempunyai kekayaan kandungan gizi seperti sagu, ubi jalar/petatas, keladi, pokem (sejenis gandum) serta berbagai jenis sayur mayur merupakan kebutuhan pokok sehari-hari yang paling mulai diandalkan warga asli Papua di masa pandemi COVID-19.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Provinsi Papua selama masa pandemi COVID-19 telah gencar membeli berbagai hasil pangan lokal dari masyarakat asli Papua untuk kembali dibagikan kepada masyarakat terdampak virus corona di berbagai kampung dan distrik.
Program pembagian bantuan sosial sembako bagi warga terdampak COVID-19 disalurkan Pemerintah Provinsi Papua di berbagai kampung dan distrik telah memberikan pangan lokal sebagai makanan wajib.
Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal menganjurkan, warga asli orang Papua di berbagai kampung dan distrik harus mulai menanam makanan lokal seperti keladi, sagu dan ubi jalar/petatas hingga berbagai jenis sayur mayur.
Di masa pencegahan pandemi COVID-19 saat ini, menurut Wagub Klemen Tinal, program menanam pangan lokal warga asli Papua sangat didukung pemerintah daerah karena mampu menghasilkan kebutuhan makanan bagi penduduk Papua.
Baca juga: Menyemai kebaikan di pinggiran ibu kota
Wagub Klemen mengakui, alam tanah Papua yang sangat kaya dan luas harus bisa dimanfaatkan warga orang asli Papua sebagai tempat untuk menghasilkan kebutuhan pangan kebutuhan lokal masyarakat asli Papua.
"Dengan menanam pangan lokal maka masyarakat Papua bisa menghasilkan beragam jenis kebutuhan makan keluarga. Ini secara tidak langsung dapat mengurangi ketergantungan bahan pokok beras," kata Wakil Gubernur Klemen Tinal.
Ia berharap, masyarakat Papua di berbagai kampung dan distrik untuk mulai menggalakkan pemanfaatan halaman lingkungan rumah dengan menanam.
Melalui pemanfaatan halaman dengan menanam, menurut Klemen Tinal, diharapkan ke depan keluarga orang asli Papua bisa menghasilkan beragam pangan lokal yang bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan setiap rumah tangga orang asli Papua.
"Pemprov Papua melalui dinas terkait dan tim penggerak PKK kampung untuk mendorong dan memberikan pendampingan bagi keluarga orang asli Papua yang melakukan kegiatan menanam halaman rumah,"katanya.
Ia mengharapkan kepala kampung atau tokoh adat di setiap kampung, diharapkan dapat mendukung pemerintah serta mendorong setiap rumah tangga warga asli Papua untuk melakukan kegiatan menanam di halaman rumah tinggal.
Hal ini sangat penting, karena secara langsung bisa mendorong semangat warga untuk mengelola lingkungan bernilai ekonomis. "Tanah Papua yang subur dan luas ini harus dapat diolah memberikan manfaat buat orang asli Papua, ya ini tantangan yang harus kita wujudkan bersama," ujarnya.
Baca juga: Potensi unik DKI Jakarta kembangkan hidroponik
Kelola potensi alam
Sementara itu, Tim Majelis Rakyat Papua (MRP) mengimbau kepada masyarakat Papua di Kabupaten Jayapura agar selama masa pandemi COVID-19 ini dapat berkebun dengan memanfaatkan lahan perkarangan di setiap rumah.
"Ajakan untuk berkebun di kalangan warga sejalan dengan imbauan yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk memanfaatkan potensi alam Papua," ujar Ketua Tim MRP Berthus Kasipmabin.
Ia mengatakan, selama pandemi corona jenis baru itu, masyarakat diminta untuk kembali ke alam dengan cara mengelola potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki di setiap kampung dan distrik.
Sejak wabah virus corona merebak, menurut Berthus, telah banyak mengubah semua situasi dan aktivitas sosial masyarakat secara global tetapi juga secara khusus masyarakat orang asli Papua di daerah ini.
"Pandemi COVID-19 menjadikan masyarakat orang asli Papua ikut terdampak, larangan tidak keluar rumah memberikan waktu banyak untuk masyarakat Papua berkebun,"katanya.
Potensi sumber daya alam Papua yang luas, lanjutnya, seperti beragam hasil kebun, perikanan atau ke danau Sentani dimiliki Papua harus kita kelola sebagai karunia Tuhan berikan.
"Yang punya pekarangan luas dapat dimanfaatkan untuk berkebun yang dapat menjadi sumber penghasilan kebutuhan makanan warga lokal Papua di tengah situasi pandemi COVID-19," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, selama masa pembatasan sosial (social distancing) maka warga diharapkan dapat memanfaatkan waktu mengelola lahan untuk berkebun.
"Lebih baik kembali ke alam dengan mengelola apa yang sudah Tuhan berikan, ya salah satunya berkebun. Sebab bisa jadi sumber pendapatan dari berkebun untuk memenuhi keberlangsungan hidup," tambah Bupati di ibukota Kabupaten Jayapura.
Bupati Mathius juga mengatakan, pemerintah melalui instansi teknis akan sangat merespon semua usaha positif yang dilakukan warga, seperti di bidang pertanian keladi, petatas, kakao, beragam jenis sayuran serta budidaya ikan keramba.
"Manfaatkan perkarangan halaman rumah dengan menanam pangan lokal, ya dengan situasi COVID-19 saat ini warga asli Papua harus mengurangi ketergantungan bahan pokok dari luar Papua," harapnya.
Ajakan membudidayakan pangan lokal sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua dengan pendekatan kultural.
Baca juga: "Urban farming" dan ketahanan pangan
Inpres ini menekankan strategi pembangunan berbasis budaya, wilayah adat dan fokus pada Orang Asli Papua khususnya yang berada di wilayah terisolir dan pegunungan serta kepulauan yang sulit dijangkau.
Pendekatan berbasis wilayah adat merupakan terobosan penting yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas dengan mengakokomodasi pendekatan berbasis wilayah adat di dalam RPJMN tahun 2015-2019.
Dengan pendekatan berbasis adat ini, Pemerintah sangat menghargai kearifan lokal, potensi sumber daya alam lokal dan karakteristik sosial budaya di setiap wilayah adat.
Beberapa kebutuhan pangan lokal di tengah situasi pandemi COVID-19 seperti keladi, petatas dan sagu,ubi singkong menjadi cemilan makanan yang telah populer karena sudah diminati berbagai kelompok masyarakat yang dijual bebas di pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Jayapura.
Harga pangan lokal berupa keladi dijual bervariasi di pasar dijual Rp30.000 hingga Rp50.000/tumpuk, ubi jalar/ petatas dijual Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per tumpuk sedangkan sagu dijual Rp25 ribu-Rp30 ribu/plastik dan satur mayur Rp10 ribu/ikat.
Baca juga: Indef nilai "urban farming" akan berperan penting pascapandemi COVID
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020