Pasuruan (ANTARA News) - Perjalanan beribu-ribu mil Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dilanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha merupakan peristiwa sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia.
Umat Islam memperingati peristiwa Isra untuk rute perjalanan Masjidil Haram-Masjidil Aqsa dan Mikraj untuk rute Masjidil Aqsa-Sidratul Muntaha setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah atau jatuh pada Senin, 20 Juli 2009.
Peristiwa itu menjadi penting, bukan saja lantaran cepatnya waktu tempuh yang sulit dinalar oleh akal manusia di zaman itu, melainkan ada momen bersejarah menyangkut keyakinan dan tolok ukur sebuah ketakwaan.
Perjalanan yang dilakukan Rasulullah pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian atau 11 tahun setelah Muhammad diangkat sebagai rasul telah menimbulkan sentimen negatif dari kalangan kafir Quraisy.
Bahkan, Nabi Muhammad saw. dicap sebagai orang yang tidak waras. Tentu kaum Quraisy tidak akan percaya, mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem ditempuh hanya dalam waktu satu malam, ditambah lagi perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Saat itu belum ada alat transportasi canggih seperti saat ini.
Apa pun alasan Rasulullah, bahwa perjalanannya menggunakan kendaraan bernama "Buraq", tak akan mampu meyakinkan hati kaum Quraisy. Kecuali hanya seorang Abu Bakar ra. yang memercayai cerita Rasulullah itu.
Atas dasar keyakinan tanpa syarat dalam menyikapi peristiwa yang dialami oleh Rasulullah itulah, Abu Bakar diberi gelar "asshiddiq" atau selalu percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad saw.
Makna perjalanan Isra Mikraj selanjutnya adalah perintah menjalankan ibadah salat. Dalam perjalanan Mikraj menuju ke tempat tertinggi di Sidratul Muntaha, dikisahkan Nabi Muhammad saw mendapat perintah dari Allah Swt. untuk menyerukan kewajiban salat hingga 50 kali sehari.
Pada saat itu, Nabi Musa as. datang dan berkata bahwa perintah itu teralu berat bagi umat Muhammad. Untuk itu dia menyuruh Muhammad meminta keringanan kepada Allah. Singkat cerita, kewajiban menjalankan salat itu dikurangi dari 50 kali menjadi 45 kali hingga menyisakan lima waktu, yakni subuh sebanyak dua rakaat, zuhur (4), asar (4), magrib (3), dan isya (4).
"Sayangnya dua hikmah penting yang terkandung dalam Isra Mikraj itu kini sudah mulai dilupakan. Umat Islam sekarang menganggap, peringatan Isra Mikraj hanya sebagai hari libur belaka," kata Ustaz M. Syukron, staf pengajar Ponpes Al Falah, Lebak, Kabupaten Pasuruan.
Dulu Isra Mikraj selalu diperingati dengan beragam kegiatan, mulai dari pembacaan Maulid Diba`i hingga pengajian-pengajian di surau, masjid, dan rumah-rumah warga.
"Sekarang lihat saja tempat-tempat wisata, selalu ramai dikunjungi orang. Padahal seharusnya saat seperti ini dijadikan hari ulang tahun perintah salat. Kemudian kita berintrospeksi, bagaimana ibadah kita selama ini," katanya di Pasuruan, Senin malam.
Pernyataan Syukron tidaklah berlebihan karena peringatan Isra Mikraj 1430 H ini jatuh pada Hari Senin. Itu berarti, libur panjang akhir pekan bagi sebagian orang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009