Jakarta (ANTARA News) - Lembaga kebudayaan Belanda Eramus Huis menarik dukungan dari festival film anak-anak internasional atau "KidsFfest Indonesia 2009" karena peristiwa ledakan bom di Jakarta (17/7), kata sutradara dilm Nia Dinata.
Nia Dinata (39), yang juga pemrakarsa "KidsFfest", di Jakarta, Senin, mengatakan, Eramus Huis sebelumnya mendukung kegiatan yang digelar bagi anak-anak untuk tahun pertama itu.
Kontribusi yang diberikan oleh lembaga kebudayaan itu di antaranya memberikan dua film anak-anak dari Belanda dari 25 film yang diputar pada "KidsFfest" yang berlangsung pada 17-26 Juli, di Jakarta.
Erasmus Huis juga berkewajiban memutar film-film "KidsFfest" sebanyak dua kali dalam sehari dengan layar tancap di lokasi pusat kebudayaan itu yang terletak di Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat.
"Namun setelah terjadinya peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott, kami mendapat informasi bahwa Erasmus Huis menarik dukungan dengan tidak memutar layar tancap selama `KidsFfest` digelar," ujarnya.
Keamanan menjadi alasan utama, katanya, karena itu lembaga yang berada di bawah Kedutaan Besar Belanda di Jakarta itu untuk sementara waktu menghentikan semua kegiatan di Indonesia.
Dengan demikian, "KidsFfest Indonesia 2009" hanya bisa disaksikan pada dua bioskop di Jakarta, yakni Blitz Grand Indonesia dan Mal Pondok Indah dengan menayangkan dua film yang berbeda pada setiap hari selama berlangsungnya festival itu.
Dari 25 judul film yang diputar dalam festival film anak itu, tiga di antaranya merupakan film Indonesia yang berjudul "Nakalnya Anak-anak", kemudian "Laskar Pelangi" dan "Meraih Mimpi" yang dijadwalkan akan diluncurkan pada akhir 2009.
Menurut dia, "KidsFfest" digelar sebagai salah satu media pendidikan dan hiburan bagi anak-anak di Jakarta karena tayangan film atau sinetron yang disajikan televisi Indonesia dinilai memiliki dosa.
Sebab sebagian besar anak-anak yang menonton acara televisi telah menjadi korban dari perilaku negatif yang disajikan dalam film atau sinetron seperti kekerasan, pembunuhan, dan seksualitas.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009