Jakarta, (ANTARA News) - Kepolisian Republik Indonesia hingga kini telah memeriksa 15 orang saksi terkait aksi pemboman di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton di Kawasan Mega Kuningan pada Jumat (17/7) pagi.

"Ada 15 saksi yang sudah diperiksa," ujar Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Sulistyo Ishak kepada wartawan usai konferensi pers up date informasi di Jakarta Media Crisis Center, di Bellagio Mall, Jakarta, Senin.

Ia menambahkan, ke-15 orang saksi tersebut kini dalam perlindungan ketat aparat kepolisian. Menurut dia, melindungi saksi merupakan salah satu instrumen yang diawasi oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. "Kan dalam bekerja, kepolisian selalu diawasi oleh sejumlah pihak," kata Sulistyo.

Untuk itu, tambah dia, Polri tidak mau sembarangan memberikan keterangan kepada publik. Menurut Sulistyo, memang ada kesamaan bom JW Marriott-Ritz Carlton dengan bom di Bali dan Cilacap, baik dari metode maupun materialnya. "Namun, ini baru dugaan. Polri tetap mengawasi kelompok-kelompok lain," katanya.

Pada kesempatan itu, ia juga membantah pihaknya menyatakan pelaku pemboman yang mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia itu berinisial "N".

"Kami tidak pernah mengatakan dia pelakunya. Kami mengatakan dia diduga," jelasnya.

Sulistyo juga meluruskan tentang sejumlah foto dan video yang beredar di media massa akhir-akhir ini. "Foto dan video yang beredar saat ini, saya yakini tidak berasal dari kepolisian. Kami hanya menyampaikan hal-hal yang didukung fakta," tuturnya.

Hingga kini, Polri belum memberikan informasi tentang identitas pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton. Begitu pula dengan modus operandinya. Selain itu, Polri juga belum menyatakan pelaku bom bunuh diri terdapat di antara empat jenazah yang belum teridentifikasi.

Dia mengimbau semua pihak agar bersabar dan memberi kesempatan kepada Polri untuk melakukan penyelidikan. Dia juga berharap masyarakat ikut membantu memberikan informasi kepada penyidik Polri bila mempunyai informasi yang berguna untuk mengefektifkan pengungkapan bom Mega Kuningan itu.

Selain itu, melalui siaran pers, Polri meminta wartawan untuk dapat menahan diri, tidak mempublikasikan berbagai spekulasi yang hanya akan membingungkan publik.

"Tujuan para pelaku teror ini adalah untuk mendapatkan liputan media yang sebanyak mungkin. Ini bagian dari perhitungan tersendiri dari pihak pelaku pemboman. Penayangan gambar-gambar yang membuat takut publik adalah bagian dari perhitungan ini," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Sukarna, seperti yang dilansir dalam siara pers tersebut.

Pascaledakan di Mega Kuningan, aparat kepolisian dibantu TNI di hampir seluruh wilayah di Indonesia meningkatkan pengamanan di sejumlah obyek vital seperti bandara, pelabuhan, kantor perwakilan asing, hotel dan pusat perbelanjaan.

Mereka memeriksa dan merazia semua kendaraan yang melintas, termasuk barang bawaannya.

Pengetatan keamanan terutama dilakukan di wilayah perbatasan darat Jawa Tengah-Yogyakarta-Jawa Timur, yang diduga sebagai jalur pelaku dan kaki tangan aksi teror melarikan diri.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009