Kupang (ANTARA News) - Golongan Putih (Golput) atau pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, pada pelaksanaan Pilpres, (8/7) lalu, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hanya empat persen lebih, atau turun empat persen jika dibandingkan pada dengan Pemilu Legislatif April 2009 yang mencapai delapan persen.

"Pada pemilu legislatif, April 2009, jumlah pemilih golput mencapai delapan persen dari total pemilih 2,7 juta lebih, sedangkan pada pemilu presiden, angka tersebut turun menjadi empat persen,"

kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pendaftaran dan Pemutakhiran Data KPU Provinsi NTT, Yoseph Dasi Djawa usai rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara hasil pilpres di Kupang, Minggu.

Ia menambahkan, total pemilih dalam DPT Pilpres di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 2,8 juta orang lebih.

Dasi Dajwa menyebut jumlah golput pada Pemilu Presiden (Pilpres) tanggal 8 Juli 2009, sebanyak 582,922 atau hanya 4,9 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) di NTT sebanyak 2.813.529 pemilih.

Dari total pemilih yang tidak menggunakan hak pilih tersebut, kata Dasi Djawa, jumlah pemilih laki-laki sebanyak 279.436, sementara pemilih perempuan sebanyak 303.486 yang tersebar di 20 kabupaten/kota dalam wilayah dengan jumlah 4,5 juta.

"Tidak diketahui pasti alasan mengapa pemilih yang telah terdaftar dalam DPT, tidak menggunakan hak politiknya. Tetapi umumnya karena setelah faktor kesibukan, sehingga pada hari `H` Pilpres pemilih tersebut tidak berada di tempat," kata dia, yang sudah enam tahun berkarya di KPU NTT itu.

Dikatakan, seharusnya pemilih dengan tingkat kesibukan tersebut dapat mengurus formulir A7, sehingga dapat menggunakan hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) lain, seperti yang dilakukan 10.713 pemilih lain di wilayah ini.

"Kategori pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dilihat dari status dan profesi, kebanyakan adalah aktivis mahasiswa dan pemilih pemula serta pelaku bisnis. Termasuk pemilih yang karena sebab kesehatan, tersangkut masalah hukum yang terpaksa harus mendekam dalam tahanan menjelang hari pelaksanaan Pilpres," katanya.

Walau demikian, kata dia, jika dibandingkan dengan pemlihan legislatif bulan April 2009 lalu, tingkat partisipasi pemilih yang menggunakan hak politiknya meningkat.

"Turunnya angka golput ini kata Dasi Djawa, karena sosialisasi KPU dan berbagai lembaga yang peduli dengan pelaksanaan Pilpres dan kesadaran masyarakat sebagai warga negara yang baik," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009