"Biasa-biasa saja, tidak ada penurunan aktivitas jual beli. Begitu pula jumlah pengunjung Pusat Grosir saya lihat normal-normal saja," kata Acu (21), pemilik Toko Diego, di Blok A Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta, Minggu.
Ia memperkirakan masyarakat tidak terlalu terpengaruh dengan peristiwa pemboman tersebut karena lokasinya jauh dari Tanah Abang.
"Yang terjadi hanya kemacetan jalan pada saat terjadi pemboman, sehingga masyarakat yang ingin pergi berbelanja ke pusat grosir ini terganggu," jelasnya.
Pengakuan yang sama juga disampaikan Wida (24), pemilik toko Andry Collection.
Menurut dia, pengaruh terhadap aktivitas jual beli hanya dirasakan pada saat pemboman, Jumat.
"Pengunjung tetap ramai, namun mungkin yang berada di sekitar Jabodetabek saja," katanya.
Menurut Ani, yang bekerja toko Dhiaas, pembeli dari daerah memang sedikit berkurang belakangan ini. Sementara yang dari Jakarta, masih normal.
"Tapi saya yakin semuanya akan normal kembali," katanya, optimis.
Sementara Alis, yang bekerja di toko lainnya, mengaku, situasi di Pusat Grosir Tanah Abang sangat aman dan semuanya berjalan normal pascabom.
Meski begitu, ia mengakui, pembeli barang grosiran dari daerah agak sepi.
Pengamanan Blok A Pusat Grosir Tanah Abang pasca ledakan bom memang diperketat. Sejumlah petugas keamanan ditempatkan di bagian pintu masuk, untuk mengawasi dan memeriksa pengunjung. Kemudian, mereka juga tampak memantau aktivitas di dalam pusat pertokoan.
"Kita mendapat bantuan pengamanan dari personil Brimob," kata salah satu Komandan Regu (Danru) security, Arlis.
Menurut dia, sebetulnya pengamanan yang dilakukan saat ini biasa saja, sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pasar Tanah Abang dikenal sebagai sebagai pusat grosir terbesar di Indonesia. Di pusat grosir ini setiap hari terjadi transaksi, dan aktivitas penyaluran tekstil ke berbagai wilayah di Indonesia.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Seperti biasa di kalangan masyarakat hadhrami ketika itu apabila datuknya pulang ke Hadhramaut semua harta di Jawa di wakilkan atau diurus secara WAKALAH. Tetapi ahli keluarga yang diamanahkan menjaga harta memalsukan dokumen lalu menjual habis tanpa serupiah diberikan kepada penerima waris.
Jadi bila disebut Tanah Abang saya sentiasa nostalgia \' th