Aman, Yordania (ANTARA News) - Tim bantuan kemanusiaan yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia Sabtu ini diterima Presiden Palestina Mahmoud Abbas, demikian Kepala Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan Rustam S Pakaya dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri kepada ANTARA di Aman, Yordania, Sabtu dini hari.

"Tentu saja (rencana) diterimanya tim kemanusiaan oleh Presiden Palestina itu merupakan kehormatan bagi kami, dan tidak terduga sebelumnya," kata Rustam Pakaya usai bertemu Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) Peter Ford.

Rustam S Pakaya maupun Aidil Chandra Salim menyatakan pertemuan itu adalah inisiatif pemerintah Palestina, bukan UNRWA.

"Presiden Mahmoud Abbas sebenarnya sudah mengetahui ada tim pendahulu dari Indonesia yang membawa misi bantuan kemanusiaan, namun rencana diterima langsung olehnya merupakan perkembangan baru dan sama sekali tidak terduga," kata Aidil.

Rustam menimpali, jika pertemuan dengan Presiden Palestina terwujud, maka pihaknya akan bertemu pula dengan Menteri Luar Negeri dan Menteri Kesehatan Palestina untuk menyerahkan secara langsung bantuan dua ton obat-obatan senilai 585 dolar AS.

Juga akan diserahkan uang tunai senilai Rp2 miliar dari total bantuan pemerintah Indonesia sebesar 1,25 juta dolar AS. Setelah dari Yordania, delegasi akan menuju Mesir untuk persiapan membuka rumah sakit lapangan di Rafah yang berdekatan dengan Jalur Gaza.

Situasi yang kian memburuk di Jalur Gaza membuat UNRWA sulit memasuki Jalur Gaza, bahkan dua staf UNRWA tewas oleh serangan Israel dan beberapa staf lain ditangkap Israel.

"Di Jalur Gaza pasokan air dan sanitasi sangat buruk, uang tunai tidak ada dan para korban yang mengungsi bertambah," kata Peter Ford seraya menyatakan bantuan untuk rakyat Palestina berupa uang tunai untuk membeli kebutuhan pokok.

KBRI mengatakan kondisi genting yang disampaikan Utusan Khusus Sekjen PBB itu hendaknya menjadi rujukan warga negara Indonesia (WNI) yang ingin menjadi relawan.

"Tidak berarti niat baik relawan itu dihalangi, namun informasi langsung pejabat berwenang di PBB bisa menjad referensi penting. Tentu lebih bermanfaat jika sumbangsih berupa bantuan kemanusiaan yang amat dibutuhkan rakyat Palestina," kata KUAI KBRI Aman Ari Wardhana.

Demonstrasi berlanjut

Sementara itu, aksi solidaritas terhadap Palestina di Yordania, terus berlanjut dan semakin besar, sampai tim aju bantuan kemanusiaan Indonesia tiba di Aman, Jumat (2/1) malam.

Dua demonstrasi besar melibatkan massa lebih dari 25 ribu orang, terjadi di daerah Baqa'a, sekitar 45 menit dari ibukota Yordania, Aman.

"Apalagi demonstrasi terjadi hari Jumat, di mana masyarakat telah mendapatkan 'pencerahan' saat khutbah Juma yang akhirnya melakukan aksi besar menentang agresi Israel," kata Abdel Rahman Radwan, seorang warga Palestina yang bekerja pada KBRI Amman.

Lukman Hakim Siregar, Pelaksana Fungsi Politik KBRI Aman yang terus memantau perkembangan aksi demonstrasi menambahkan, sejak aksi pertama 27 Desember 2008, puluhan ribu orang turun ke jalan.

"Itu terjadi karena masyarakat Yordania selalu mendapat perkembangan informasi mengenai kian bertambahnya korban tewas Palestina yang sudah lebih dari 430 dan korban luka sekurangnya 2.200 jiwa," katanya. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009