Jakarta, (ANTARA News) - Ketika lampu di gedung pertunjukan di "Islamic University" di Kota Gaza dipadamkan, para pemimpin senior HAMAS, pria berjenggot, perempuan bercadar, dan pesohor lokal, mulai menyaksikan tayangan perdana film produksi Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) yang menguasai Jalur Gaza.
Film berdurasi dua jam itu, dengan naskahnya ditulis oleh orang kuat HAMAS di Jalur Gaza, Mahmoud Az-Zahar, bercerita mengenai kisah Emad Akel, komandan sayap bersenjata HAMAS, Brigade Al-Qassam, yang dibunuh Israel pada 1993.
Film yang menelan biaya 200.000 dolar AS dan pertama kali ditayangkan di Jalur Gaza, Jumat (17/7), tersebut akan ditampilkan pekan depan di pusat budaya di seluruh Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS dari faksi saingannya, Fatah, pada Juni 2007.
"Ini adalah Hamaswood, bukan Hollywood," kata Fathi Hamad, seorang pemimpin HAMAS dan menteri dalam negeri pemerintah terguling HAMAS di Jalur Gaza, setelah penayangan perdana film tersebut, Jumat malam,
"Kami berusaha membuat seni Islam yang berkualitas yang juga memusatkan perhatian pada perlawanan, tanpa memperlihatkan adegan tak bermoral yang penuh pancingan," katanya.
Perdana menteri terguling HAMAS Ismail Haneya juga termasuk di antara penonton film yang pembuatannya memerlukan waktu 10 bulan di satu tempat di bagian selatan Jalur Gaza, yang diharapkan HAMAS suatu hari akan berkembang menjadi kota media.
Dengan jutaan dolar AS dipertaruhkan bagi kegiatan medianya, HAMAS sudah mengoperasikan selusin jaringan berita, satu stasiun radio dan satu stasiun televisi satelit yang berpusat di Jalur Gaza.
HAMAS juga memiliki dua surat kabar harian yang diterbitkan di Jalur Gaza tapi dilarang di Tepi Barat Sungai Jordan, tempat yang dikuasai gerakan Fatah --yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas-- serta memproduksi laporan berkala dan majalah berkala bagi sayap garis kerasnya.
Namun tak ada rumah produksi film di daerah miskin Jalur Gaza, yang diapit oleh Mesir dan Israel, karena bioskop di Jalur Gaza ditutup pada penghujung 1980-an, selama intifada --aksi perlawanan-- pertama, terhadap Israel.
Jalur Gaza dulu memiliki enam rumah produksi film utama, tapi semuanya ditutup karena pegiat palestina merasa hiburan tak tepat pada saat perjuangan. Satu rumah produksi film yang disebut An-Nasser baru dibuka kembali pada 1995 selama tiga bulan, sebelum dibakar dan dihancurkan oleh pemrotes garis keras HAMAS di Jalur Gaza.
Oleh karena itu, film karya Emad Akel tersebut akan digelar di seluruh Jalur Gaza pekan depan terutama di kamp musim panas dan pusat kebudayaan yang dikelola oleh gerakan tersebut.
Pahlawan dalam film pertama HAMAS itu adalah Emad Akel (22), Yang menoreh ketenaran karena kemampuannya melakukan banyak penyamaran, termasuk berpakain sebagai pemukim Yahudi yang memakai "cipa" --topi khas orang Yahudi.
Pada awal 1990-an, ia menjadi salah satu orang yang paling dicari oleh Israel karena peran yang diduga dimainkannya dalam pembunuhan 11 prajurit Israel, satu warga sipil Israel, dan empat orang Palestina yang bersekongkol dengan Israel.
Film itu, yang membangun citra Akel, juga berbicara mengenai bagaimana HAMAS didirikan pada 1988, tak lama setelah intifada pertama Palestina meletus melawan pendudukan Israel.
Az-Zahar, penulis naskah film tersebut, merupakan otak yang merencanakan pengambil-alihan Jalur Gaza pada pertengahan Juni 2007. Selama itu, pasukan keamanan, yang didominasi Fatah --yang setia kepada presiden dukungan Barat, Abbas, diusir. Az-Zahar, seorang dokter, juga telah menulis tiga novel dan dua naskah film.
"Perlawanan dimulai dari konsep kita guna menolak pendudukan dan menolak ketidakadilan, dan merestui para pahlawan yang mengabdi kepada rakyat Palestina dan kepentingan nasional dan yang terikat komitmen pada agama mereka untuk bertindak menjadi contoh," kata Az-Zahar, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.
Ketika berbicara mengenai pahlawan film tersebut, Az-Zahar berkata, "Kita menghadapi kisah seorang pemuda, hanya 22 tahun, yang mengorbankan dirinya demi Palestina. Ia menjadi contoh yang baik, dan kita memiliki banyak contoh seperti Emad Akel."
"Untuk alasan inilah kami memulai film ini. Kami mendorong yang lain untuk menulis, bertindak, dan main untuk memiliki kebudayaan, budaya perlawanan, budaya kedaulatan dan budaya moral hidup," kata Az-Zahar.
Majed Jendeya, sutradara film itu, mengatakan, "Emad Akel mewakili satu sekolah baru militer dalam sejarah perjuangan Palestina bersenjata secara umum. Ia adalah petempur perlawanan kelas atas, terutama buat HAMAS. Ia membangun tonggak sejarah bagi perlawanan Palestina bersenjata saat ini," katanya.
"Melalui Emad Akel, banyak serangan berkualitas tinggi dilancarkan terhadap tentara Israel, sampai militer Israel jadi terobsesi dengan operasinya. Bahkan (perdana menteri Israel yang dibunuh pada 1995 Yitzhak) Rabin memimpikan bagaimana mengakhiri hidup Akel," kata Jendeya.(*)
Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009