Jakarta (ANTARA News) - Direktur Center for Indonesian Regional and Urban Studies (CIRUS) Andrinov Chaniago mengatakan Badan Intelijen Negara (BIN) perlu melakukan evaluasi kinerja karena tidak terdeteksinya aksi peledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott.

"Intel kecolongan. Mungkin benar sinyalemen yang mengatakan mereka terlalu fokus pada isu-isu pemilihan presiden, sehingga ancaman terorisme jadi terlewatkan," kata Andrinov di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan, dengan kejadian tersebut intelijen khususnya Badan Intelijen Negara (BIN), mesti melakukan evaluasi.

"Kemampuan intel dalam mendeteksi melemah. Hal ini mesti dievaluasi apa yang menjadi penyebabnya. Harus dilihat kondisi di dalam, bisa jadi penurunan kemampuan disebabkan semangat kerja dan lain sebagainya," kata Andrinov.

Ditanya apakah ini berhubungan dengan anggaran, ia mengatakan, anggaran tidak jadi masalah karena BIN merupakan lembaga yang vital dan anggarannya lebih longgar.

Menyangkut perangkat aturan yang mendukung, Andrinov mengatakan, tidak ada masalah soal peraturan. Sejauh ini intel BIN memang dilarang melakukan penangkapan, namun kewenangan yang diberikan sudah cukup untuk mengantisipasi terorisme.

Menurut dia, BIN mesti mempertajam penciuman dan kemampuan deteksinya.

Seharusnya, kejadian tersebut tidak boleh terulang, apalagi di Hotel JW Marriott, sudah dua kali terjadi pengeboman.

"Tempat-tempat khusus seperti Hotel Marriott, dan Ritz Carlton harus selalu dalam pengawasan. Apalagi tempat ini merupakan tempat khusus, eksklusif dan banyak orang asingnya," kata dia.

Andrinov memperkirakan, aksi pengeboman terhadap Jakarta kali ini akan berdampak pada citra Indonesia di luar negeri. Muaranya, pada sektor ekonomi khususnya pariwisata.

"Indonesia akan semakin sulit mengubah citra tidak aman yang selama empat tahun terakhir sudah mulai pulih," katanya.

Untuk itu, katanya, aparat keamanan harus bekerja ekstra untuk kembali menunjukkan secepatnya kemampuan dan meyakinkan bahwa masalah keamanan ini bisa diatasi.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009