Jakarta (ANTARA News) - Supervisor Satuan Pengamanan (Satpam) Hotel JW Marriot, Didik Achmad Taufik (39) yang menjadi korban, sempat berkomunikasi dengan seseorang yang diduga tersangka peledakan bom.

Di RS Jakarta, Sabtu, Didik yang menderita luka di bawah telinga, kaki, tangan dan muka mengaku sempat menegur tersangka peledakan bom beberapa menit sebelum tempatnya bekerja diledakkan.

Didampingi istrinya Yaya (33) dan anaknya Rafi Ansyah, Didik mengungkapkan, sekitar pukul 07:30 WIB atau beberapa menit sebelum terdengar suara ledakan dia menegur seseorang yang membawa travel bag sedang berjalan menuju lounge hotel.

Melihat tamu yang tampak kebingungan dan menghampiri dirinya, Didik yang baru memulai shift pagi itu menanyakan sesuatu kepada pria dengan jaket hitam dan bertopi tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu," tanya Didik. Pria berkulit sawo matang tersebut, "Saya mau ketemu bos saya."

Kemudian Didik melanjutkan pertanyaannya, "Siapa bosnya dan dimana?," kemudian dijawab, "Ini saya mau mengantar pesanan bos saya".

Selanjutnya, karena tamu tersebut mau mengantar pesanan, kata Didik yang tampak masih lemah terbaring di ruang Krisan kamar 351 lantai III RS Jakarta, tidak berani bertanya lebih lanjut.

Sesuai prosedur pelayanan hotel, Didik meminta temannya bernama Dadang untuk mengantar tamu tersebut ke tempat bosnya.

Sebelum mengantar, Dadang sempat menanyakan kepada Didik siapa tamu itu dan diantar kemana. Setelah itu ketiganya berpisah. Didik pergi mengontrol ke lokasi lain.

"Beberapa menit kemudian, ada suara ledakan, dan saya telah tertimpa plafon serta serpihan debu," kata dia.

Dalam kondisi belum menyadari sepenuhnya bila itu bom, Didik berlari ke arah belakang dan sempat membunyikan alaram tanda bahaya.

"Menurut informasi kini Dadang menderita luka cukup parah," kata dia.

Dia juga yakin kalau bom tersebut dirakit di dalam kamar, karena setiap tamu yang masuk akan diperiksa secara seksama oleh satuan keamanan yang dia pimpin.

Didik memperkirakan, tamu yang menginap di kamar 1508 tersebut, membawa bom yang siap diledakkan dari kamar turun dengan lift menuju ke arah lounge.

"Saya baru sadar kalau itu diduga tersangka bom bunuh diri setelah melihat kamera CCTV," kata Didik sambil mengatakan ciri-ciri fisik yang diduga pelaku adalah berkulit sawo matang, tinggi sekitar 172 sentimeter dan umur sekitar 25-28 tahun.

Selain Didik, Andri yang juga bekerja di Marriot sejak tiga tahun lalu, juga mengaku melihat secara langsung orang yang diduga sebagai tersangka.

Sayang, Andri yang dirawat di ruang Yasmin tidak bisa ditanya lebih banyak karena kondisi pendengarannya belum normal sehingga tim dokter melarang wartawan mewawancarainya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009