Menyarankan bahwa memakai masker bisa membuat orang sakit, itu bisa mengakibatkan bahaya, jadi kami menghapus videonya
San Fransisco (ANTARA) - Facebook Inc dan YouTube, layanan video dari Alphabet Inc Google, mengatakan pada Kamis (7/5) bahwa mereka menghapus sebuah video, yang membuat klaim medis tak berdasar terkait pandemi virus corona baru.
Video berdurasi 26 menit yang dijuluki "Plandemic" itu viral pekan ini di seluruh platform media sosial.
Video tersebut menampilkan Judy Mikovits, seorang pegiat yang merupakan satu di antara sejumlah orang yang berpendapat bahwa vaksin pada umumnya berbahaya.
Tanpa memberikan bukti, Mikovits mengatakan dalam video bahwa memakai masker justru mengaktifkan virus corona dalam diri seseorang. Ia juga mengkritik perintah untuk menjauh dari pantai.
"Menyarankan bahwa memakai masker bisa membuat orang sakit, itu bisa mengakibatkan bahaya, jadi kami menghapus videonya," kata Facebook.
Mikovits tidak dapat dihubungi untuk meminta komentar, sementara produser video belum menanggapi permintaan komentar.
Dalam video itu, Mikovits juga menggambarkan virus corona sebagai konspirasi di antara orang-orang yang berusaha mengambil untung dari vaksin dan menimbulkan kekhawatiran tentang vaksin.
Tanpa memberikan bukti, ia mengatakan siapa pun yang pernah menerima vaksin flu memiliki virus corona yang disuntikkan ke dalam tubuhnya.
COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, muncul pada akhir 2019 dan hingga kini belum ada obat atau vaksin yang diketahui untuk mengatasinya. Vaksin tersedia untuk flu musiman, yang disebabkan oleh virus yang berbeda.
YouTube mengatakan sedang berupaya untuk menjaga kontennya dari "konten yang mencakup saran diagnostik yang tidak berdasar secara medis" tentang virus corona dan penyakit pernapasan terkait COVID-19.
Namun pada Kamis malam, salinan video asli yang telah diedit tetap tersedia di YouTube.
Twitter Inc mengatakan telah memblokir pengguna dari menggunakan tagar #PlagueOfCorruption dan #Plandemicmovie, tetapi mengatakan bahwa konten dalam klip yang lebih pendek yang diunggah pada layanannya tidak melanggar kebijakannya terhadap informasi COVID-19 yang salah.
Perusahaan telah mendapat tekanan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan lainnya di seluruh dunia untuk mengawasi konten berbahaya dan informasi yang salah tentang pandemi.
Sementara perusahaan telah mendedikasikan pekerja untuk mengatasi tantangan, informasi yang salah terus mengalir, termasuk dari kalangan yang semakin frustrasi dengan penutupan bisnis dan perintah tinggal di rumah dan kemudian menggunakan media sosial untuk menentang perintah-perintah tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemeriksa Fakta di Dunia Kelelahan akibat Infodemik COVID-19
Baca juga: Vietnam beri hukuman denda untuk penyebar berita bohong soal COVID-19
Baca juga: Polda Metro tangani 443 kasus hoaks
Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020