London (ANTARA News) - Harga minyak "rally" pada Jumat waktu setempat, didukung data ekonomi positif dan hasil laba perusahaan di Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar di dunia.
Seperti dilaporkan AFP, minyak mentah berjangka telah tergelincir pada Jumat pagi di tengah melemahnya permintaan minyak mentah, meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi global meningkat, kata dealer.
Namun harga kembali pulih setelah data pemerintah AS menunjukkan perumahan baru dan ijin pembangunan meningkat pada bulan Juni, memberikan kesan kemerosotan real estat berkepanjangan kemungkinan berkurang.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September melompat 1,40 dolar AS menjadi 65,15 dolar AS per barel dalam transaksi sore di London.
Kontrak Agustus telah berakhir pada Kamis, pada harga 62,75 dolar AS.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Agustus, naik 1,43 dolar AS menjadi 63,45 dolar AS per barel.
Departemen perdagangan Jumat melaporkan, bahwa izin untuk membangun rumah milik pribadi di AS naik ke tingkat penyesuaian berkala 563.000, naik tajam 8,7 persen daripada bulan Mei.
Sementara hasil kuartalan terbaru dari sektor perbankan sakit menunjukkan, kreditur besar tampak menjadi sembuh tetapi dengan beberapa segmen usaha masih lemah di tengah resesi ekonomi terburuk.
Minyak mentah berjangka sudah melambung kembali di atas 60 dolar AS pada minggu ini, juga di tengah data resmi yang menunjukkan pemulihan ekonomi di China, negara konsumen energi terbesar kedua di dunia.
"Data positif baru dan lebih baik dari perkiraan hasil perusahaan kemungkinan menyediakan dukungan jangka pendek untuk pasar minyak mentah, namun tetap ada kekhawatiran tentang fundamental minyak dan keraguan mengenai masa depan permintaan global," kata Nimit Khamar, analis pasar energi dari Sucden di London, pada Jumat.
Para dealer mencatat bahwa secara keseluruhan permintaan minyak mentah dunia masih lemah dan persediaan melimpah walaupun ada penurunan persediaan energi di AS.
Harga minyak telah ditutup dengan kenaikan lebih dari dua dolar AS pada hari Rabu, diangkat oleh penurunan persediaan minyak mentah AS.
Departemen Energi AS mengatakan, cadangan minyak mentahnya menyusut 2,8 juta barel pada minggu yang berakhir 10 Juli karena bertambahnya produksi penyulingan.
Data juga menunjukkan bahwa persediaan sulingan, termasuk bensin dan solar, meningkat selama berbulan-bulan, meningkat kurang dari yang diharapkan.
Kartel produsen minyak OPEC pada hari Selasa telah meramalkan bahwa permintaan minyak mentah akan naik pada tahun 2010 setelah dua tahun mengalami kontraksi.
Pertumbuhan diharapkan sebagian besar berasal dari negara berkembang seperti China, India, Amerika Latin dan Timur Tengah.
Satu tahun yang lalu, harga minyak telah mencapai rekor puncak di atas 147 dolar AS - tetapi telah roboh kembali sejalan dengan merosotnya permintaan energi.
China, negara konsumen energi terbesar kedua di dunia, pada hari Kamis mengatakan bahwa ekonominya tumbuh 7,9 persen pada kuartal kedua 2009, siklus yang menakjubkan untuk kekuatan Asia yang menawarkan beberapa harapan untuk sisa dari dunia.
Hal ini menempatkan China kembali ke trek-nya untuk mencapai tujuan pertumbuhan 8,0 persen tahun ini, meski krisis keuangan memukul sektor ekspor yang sangat penting.
Pada 11 Juli 2008, minyak mentah New York telah meroket ke titik rekor tinggi 147,27 dolar AS dan Brent London mencapai puncak bersejarah 147,50 dolar AS di tengah tingginya kekhawatiran tentang pasokan.
Tetapi setelah 12 bulan terakhir, harga telah menyusut hingga mencapai terendah 32 dolar AS pada bulan Desember, sebelum kembali naik di tengah harapan terhadap pemulihan ekonomi.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009