semua ada di disiplin kita

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebutkan bahwa disiplin diri dan mematuhi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah kunci untuk mengakhiri pandemi COVID-19 dan juga mengakhiri dampak sosial ekonomi yang menyertainya.

"PSBB adalah senjata kita untuk memutus rantai penularan COVID-19 oleh karena itu patuhi, ikuti, disiplin, dan konsisten," kata Yurianto dalam keterangannya pada konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Jumat.

Yurianto menjelaskan bahwa kajian para pakar dengan melakukan pemodelan matematika memprediksikan pandemi COVID-19 di Indonesia bisa mereda pada bulan Juni dan Juli. Namun menurutnya hal tersebut tergantung pada kedisiplinan tiap masyarakat dalam mematuhi berbagai protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Kuncinya adalah kita, semua ada di disiplin kita untuk patuh tetap di rumah, patuh tidak bepergian, tidak mudik, patuh mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, patuh selalu menggunakan masker. Inilah upaya yang bisa kita lakukan," kata Yurianto.

Baca juga: Pasien sembuh jadi 2.494 orang dari 13.112 kasus positif COVID-19
Baca juga: Pembawa virus COVID tanpa masker berpotensi tularkan virus 75 persen

Dia meminta agar setiap individu masyarakat disiplin dan patuh melakukan upaya pencegahan dan penularan COVID-19. Dari mulai orang per orang kemudian meningkat menjadi pada seluruh keluarga, masyarakat di tingkat RT/RW, tingkat desa, dan seterusnya.

Yurianto menjelaskan bahwa kondisi penularan virus corona tipe baru di Indonesia sudah terjadi dari orang ke orang secara lokal di tingkat masyarakat. Artinya, penularan sudah tidak dapat diketahui secara jelas transmisinya sehingga memungkinkan penularan terjadi di mana saja dan oleh siapa saja.

Oleh karena itu dia meminta agar masyarakat tetap di dalam rumah, tidak bepergian bila tidak terlalu mendesak, dan menggunakan masker apabila harus keluar rumah, tidak menyentuh wajah, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak mudik.

"Dalam situasi mudik, kita tidak bisa menghindari kontak dekat dengan orang tanpa gejala atau orang dengan gejala ringan, bisa jadi di kendaraan umum, stasiun, rest area, toilet sepanjang perjalanan, atau bahkan mungkin kita sendiri yang membawa virus dan berpotensi menularkan ke saudara di kampung halaman," kata Yurianto.

Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 naik dua kali lipat dibanding kasus meninggal
Baca juga: Yurianto: Kepala keluarga kunci disiplinkan warga cegah COVID-19
Baca juga: Jubir Pemerintah: 300 ribu orang manfaatkan konsultasi medis daring

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020