Jakarta (ANTARA News) - Kerugian akibat pembatalan pertandingan Manchester United vs Indonesia All Star di Jakarta akibat insiden bom di Hotel JW Marriot dan The Ritz Carlton mencapai Rp30 miliar lebih.
"Kerugian Panpel diperkirakan mencapai Rp30 miliar lebih. 20 juta dolar AS diantaranya adalah match fee untuk MU," ujar Kabid Promosi dan Marketing Herman Ago di Jakarta, Jumat.
Nilai kerugian tersebut diantaranya pengadaan materi berbagai persiapan panpel seperti promosi, perizinan, periklanan, perlengkapan administrasi dan perkantoran, asesoris hingga biaya pencetakan tiket dengan berbagai kelengkapannya.
Pada Jumat kemarin sebenarnya pihak Panpel menjadwalkan penukaran kuitansi dari calon penonton para pembeli tiket. Namun dengan pembatalan ini otomatis proses pemulangan tiket menjadi pemulangan uang yang telah disetorkan.
"Kami minta calon penonton tak usah panik dengan pembatalan ini. Semua akan diselesaikan secara proporsional oleh Panpel," ujarnya.
Suasana Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan sebenarnya kemarin telah dihiasi umbul-umbul Manchester United, diantaranya sejumlah spanduk raksasa yang dibentangkan dari tribun atas menjuntai hingga ke bawah.
Pintu masuk VVIP pun sebenarnya sedang dalam tahap dekorasi untuk menciptakan suasana seperti di Stadion Old Trafford, Manchester Inggris.
Mengenai pemulangan tiket itu sendiri jadwalnya akan diatur dan pihak Panpel Lokal (LOC) yang diketuai Agum Gumelar menyatakan bertanggungjawab atas seluruh risiko yang harus ditanggung.
Namun Agum belum bisa memastikan penjadwalan pemulangan tiket tersebut karena dia masih trauma dengan insiden pengeboman di kedua hotel internasional itu pada Jumat pagi yang menelan puluhan korban jiwa.
"Kami belum bisa memperhitungkan jumlah kerugiannya. Yang pasti kami mengutuk keras pelaku pengeboman dan ini merupakan aksi pihak-pihak yang pengecut," kata Agum Gumelar.
Agum sendiri pada Jumat malam akan bertolak ke Malaysia untuk menuntaskan keputusan pembatalan dengan pihak manajemen Manchester United.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009