Sidoarjo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) memperketat penjagaan semburan lumpur baru yang muncul di rumah Okky Andriyanto, warga RT 3 RW 1 Desa Siring Barat, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jatim.
Humas BPLS, Ahmad Zulkarnain, Jumat, mengatakan, pengetatan penjagaan di area lokasi semburan lumpur baru perlu dilakukan.
"Karena kami khawatir jika nanti ada pengunjung yang datang dan tak memahami area lokasi. Mungkin, pengunjung tersebut merokok atau melakukan aktivitas lain yang membahayakan. Apalagi semburan di rumah Okky itu gas mudah bakarnya, fluktuatif dan kadangkala masih di atas 100 persen," katanya.
Saat ini, lanjut ia, para pengunjung yang terus berdatangan ingin melihat lokasi semburan tidak diperbolehkan mendekat ke lokasi. Pagar yang semula ditutup dengan menggunakan police line (garis polisi), kini ditambah pagar yang terbuat dari besi supaya tidak bisa diserobot pengunjung.
Sementara itu, menurut Kepala Divisi Gas BPLS, Dodie Irmawa, rumah Okky, cukup berbahaya bagi keselamatan jiwa manusia. Rumah itu berpotensi menimbulkan maut, setelah muncul bubble di dalamnya.
"Potensi maut bersumber dari gas metan yang dikeluarkan dari pusat semburan lumpur baru," katanya.
Ia mengaku, pada saat diukur dengan detektor gas, udara di radius lima meter dari pusat semburan lumpur baru mengandung 67 persen gas metan. "Itu sudah cukup berbahaya. Bisa dibilang tidak berbahaya kalau kandungan gas metannya nol persen," katanya.
Gas metan, lanjut ia, sebenarnya tidak bersifat racun bagi tubuh manusia. Namun keberadaannya akan mendesak molekul-molekul oksigen di udara. Sehingga orang yang terlalu lama menghirup udara dengan kandungan gas metan, dapat kekurangan oksigen.
"Lama-lama ya bisa mati seperti orang yang tercekik," katanya.
Bahaya gas metan itu sendiri adalah karena gas tersebut sangat mudah terbakar. Dengan kandungan gas metan sebesar 67 persen, maka lingkungan di sekitar rumah Okky akan sangat rawan kebakaran. "Dengan sedikit percikan api saja maka bisa timbul kebakaran hebat seperti yang terjadi Selasa (7/7) lalu," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009