"Upaya tersebut dalam rangka membangun etos kerja dan meningkatkan produktivitas karyawan," kata Pengasuh Ponpes UQI KH Helmi Abdul Mubin Lc kepada ANTARA di Bogor, Jabar, Kamis.
Ia mengaku tertarik mengembangkan apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Jepang dalam memperlakukan karyawan, antara lain dengan memperlakukan karyawan layaknya sebagai bos, yakni dengan
memberikan kepercayaan tinggi serta hak atas saham.
Selain itu, katanya, karyawan juga dilibatkan secara penuh dalam
meningkatkan produktivitas, kesejahteraan serta berbagai bidang yang
berkaitan dengan kelangsungan lembaga.
"Kami tertarik mengadopsi apa yang dikembangkan perusahaan-perusahaan Jepang, karena sangat positif dalam menumbuhkan iklim kerja dan meningkatkan kinerja," kata alumni Pondok Modern Gontor, yang menamatkan S1 di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi ini.
Dikemukakannya bahwa pesantren memang bukan sebagai lembaga usaha, melainkan sebagai layanan sosial di bidang pendidikan dan agama.
Namun dari sisi manajemen, karyawan di pesantren tidak ada bedanya dengan karyawan di perusahaan yang harus diperlakukan sama baiknya, agar merasa memiliki terhadap lembaga di mana mereka bernaung.
"Karyawan di pesantren, baik guru maupun tenaga penunjang, perlu
diberi penghargaan yang tinggi atas dedikasi mereka mengabdi. Imbalan yang diterima harus setimpal. Tentu disesuaikan dengan kemampuan pesantren," katanya dan menambahkan dengan begitu, mereka akan semakin termotivasi bekerja dengan baik.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009